tag:blogger.com,1999:blog-19883049294336319142024-02-19T12:09:49.959+07:00BANJIR KALTIMINFO BANJIR DI KALTIM
http://banjirkaltim-samarindaku.blogspot.com/Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.comBlogger138125tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-59151174584874611542014-11-27T10:31:00.002+07:002014-11-27T10:31:50.964+07:00Mahakam Punya 26 Anak Sungai<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 class="media-heading title">
</h2>
<small>
<a href="http://www.kaltimpost.co.id/rubrik/index/21-samarinda.html" style="color: red;"><strong>SAMARINDA</strong></a>
<span class="text-muted"> | Rabu, 26 November 2014 | dibaca: 1395 kali</span>
</small>
<div style="margin-bottom: 10px; text-align: justify; width: 460px;">
<div style="text-align: justify;">
<strong>MEMBENTANG</strong> dari Long Iram di Kutai Barat, melintasi
Kutai Kartanegara, membelah Kota Samarinda dan bermuara di Selat
Makassar, Sungai Mahakam dengan panjang sekitar 920 kilometer menjadi
yang terpanjang kedua di Indonesia. Tapi tahukah Anda, Sungai Mahakam
ternyata memiliki 26 anak sungai?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Sebagai salah satu sumber penghidupan bagi penduduk Bumi Etam, sungai
ini dimanfaatkan untuk berbagai hal. Seperti menangkap ikan, irigasi,
air minum, dan transportasi. “Sungai Karang Mumus dan Sungai Palaran
adalah dua anak Sungai mahakam yang membelah Kota Samarinda” tulis Ria
Watiningsih, mahasiswa Geologi, Universitas Indonesia, dalam makalahnya
yang berjudul Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Anak-anak Sungai Mahakam yakni lain adalah, Sungai Loa Bakung, Lok
Bahu, Bayur, Betepung, Muang, Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais, Tas,
Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti, Loa Hui, Rapak Dalam, Mangkupalas,
Bukuan, Ginggang, Pulung, Payau, Balik Buaya, Banyiur, Sakatiga dan
Sungai Bantuas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Di sungai ini pula hidup sekitar 147 spesies ikan asli Kalimantan.
Salah satu yang paling terkenal dan sangat dilindungi adalah lumba-lumba
air tawar atau pesut mahakam yang dalam bahasa latinnya disebut
Orcaella brevirostris.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Tak hanya itu, di sungai ini pula terdapat tiga jembatan penting yakni
Jembatan Mahakam dan Mahakam Ulu di Samarinda. Kemudian, Jembatan
Martadipura di desa Liang, Kota Bangun, Kutai Kartanegara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Selain itu, Sungai Mahakam menjadi saksi bisu runtuhnya Jembatan
Kartanegara, di Tenggarong, pada 26 November 2011. (*/him/ica/k8)</div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-49841010560398559982014-06-11T06:33:00.001+07:002014-06-11T06:33:59.999+07:00Kebocoran Bendungan Waduk Manggar<div><div style="text-align: start; box-sizing: border-box;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">BALIKPAPAN</span><span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;"> —</span> Kebocoran Bendungan Waduk Manggar, Balikpapan Utara, semakin parah, bahkan rawan jebol. Pemkot Balikpapan sudah menetapkan Waduk Manggar masuk dalam keadaan darurat dan mengimbau kepada masyarakat di sekitar waduk untuk waspada. Sebagai antisipasi, air Waduk Manggar akan dikuras, airnya dibuang ke laut melalui Sungai Manggar.</span></div><div style="box-sizing: border-box; text-align: justify;"><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Demikian disampaikan dalam konferensi pers yang digelar pemerintah kota mengenai kondisi Waduk Manggar, Senin (9/6). Dijelaskan, kebocoran bendungan diperkirakan akibat bocornya dua pipa isap (<em style="box-sizing: border-box;">intake valve</em>) yang berumur 30 tahun yang terdapat di dalam tubuh bendungan. Kejadian tak normal ini baru pertama kali terjadi dan diketahui pada 26 April lalu. Di mana terjadi kenaikan muka air pada alat pengukur rembesan. <em style="box-sizing: border-box;">Selengkapnya lihat infografis.</em></span></div></div><div style="box-sizing: border-box; text-align: justify;"><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">"Karena itu, dua pipa isap yang sebelumnya digunakan oleh PDAM itu harus ditutup. Sehingga otomatis akan mengganggu distribusi air bersih oleh PDAM. Berdasarkan instruksi dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III di bawah Dirjen Sumber Daya Alam, perbaikan harus segera dilakukan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Kami juga tidak mau sampai terjadi seperti di Situgintung, Jawa Barat, 2009 lalu ," kata Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi.</span></div></div><div style="box-sizing: border-box; text-align: justify;"><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Dalam paparannya mengenai hasil evaluasi kondisi bendungan pada 1 Juni 2014, ditarik beberapa poin penting. Yakni, kondisi bendungan Manggar pada kondisi sangat kritis karena sudah terjadi piping disertai runtuhnya sebagian tubuh bendungan yang akan mengganggu stabilitas lereng bendungan dan memicu runtuhnya bendungan.</span></div></div><div style="box-sizing: border-box; text-align: justify;"><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Piping diduga kuat disebabkan oleh bocornya kedua pipa isap PDAM pada posisi sambungan kedua atau kurang lebih 12 m dari posisi Chamber. Hal ini dibuktikan dengan runtuhnya tubuh bendungan di atas posisi tersebut. Sehingga, langkah terbaik adalah menutup total pintu intake dan menghentikan operasi pompa PDAM.</span></div></div><div style="box-sizing: border-box; text-align: justify;"><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Selanjutnya, akan dilakukan pengurasan air Waduk Manggar menggunakan sembilan pompa isap. Saat ini baru ada tiga pompa, kekurangannya masih akan dicarikan untuk bisa disewa. Waduk berkapasitas 16 juta meter kubik (m3) itu akan dikuras sampai ketinggiannya 6 meter saja (kapasitas tersisa 6 m3). Sebab, titik kebocoran berada pada ketinggian 6 meter. Artinya, sebanyak 10 juta kubik air Waduk Manggar akan dibuang ke laut melalui Sungai Manggar. </span></div></div><div style="box-sizing: border-box; text-align: justify;"><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Pengurasan ini dilakukan untuk menghindari jebolnya tanggul waduk. Jika itu terjadi, lokasi-lokasi yang dipastikan tergenang adalah Kelurahan Manggarsari, Kelurahan Karang Joang, Kelurahan Lamaru, sebagian Kelurahan Teritip, dan Kelurahan Sepinggan.</span></div></div><div style="box-sizing: border-box; text-align: justify;"><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">"Semua biaya perbaikan ditanggung oleh Dirjen Sumber Daya Alam. Makanya besok (hari ini, <em style="box-sizing: border-box;">Red</em>) Dirjen akan datang meninjau lokasi. Tapi tetap ada anggaran dari daerah untuk menanggulangi dampak sosial. Kami juga akan segera membuat beberapa posko tanggap darurat," tambah Rizal.</span></div></div><div style="box-sizing: border-box; text-align: justify;"><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><font><div style="text-align: start; -webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><font>Senada, Ketua DPRD Balikpapan Andi Burhanuddin Solong (ABS) meminta pemerintah kota segera menghitung kebutuhan anggaran. "Kita sudah sepakat dan sepaham. Jadi segera usulkan anggaran itu mendahului APBD Perubahan. Karena ini darurat," pungkasnya. </font><span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">(*/rsh/tom/k8)</span></div></font></div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><a href="http://m.kaltimpost.co.id/berita/detail/78418-waduk-manggar-rawan-jebol">http://m.kaltimpost.co.id/berita/detail/78418-waduk-manggar-rawan-jebol</a></span></div><div style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br><br>Sent from my iPhone</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-76792147053138148322014-06-11T06:30:00.000+07:002014-06-11T06:31:08.993+07:00Balikpapan Bakal Krisis Air Panjang<div><small class="text-muted" style="box-sizing: border-box; -webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><font size="3">2014-06-10 08:40:19 | dibaca: 151 kali</font></small><h4 class="font-title" style="box-sizing: border-box; font-weight: 500; margin: 0px;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Balikpapan Bakal Krisis Air Panjang</span></h4><span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700; -webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"></span><div style="box-sizing: border-box; height: 10px;"></div><font size="3"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><small class="text-muted" style="box-sizing: border-box;"></small></span></font><div style="box-sizing: border-box; text-align: justify; margin-top: 10px;"><div style="box-sizing: border-box;"><div style="text-align: start; box-sizing: border-box;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">JANGKA</span> waktu perbaikan bendungan Waduk Manggar belum bisa ditentukan. Namun, untuk pengurasan air waduk saja diperkirakan butuh waktu sebulan. Setelah itu, baru bisa ditentukan masa untuk perbaikan bendungan. Sementara, dalam kurun waktu tersebut, ancaman krisis air baku di depan mata.</span></div><div style="box-sizing: border-box;"><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Ya, Waduk Manggar menjadi sumber air baku terbesar bagi Balikpapan. Dari kemampuan suplai air oleh PDAM sebesar 1.150 liter per detik, 900 liter per detik di antaranya berasal dari Waduk Manggar. Waduk ini menyuplai untuk Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Km 8 dan IPAM Damai. Dengan adanya berbagai permasalahan, kota ini tentu rawan mengalami krisis air baku.</span></div></div><div style="box-sizing: border-box;"><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Kendati demikian, Asisten II Setkot Balikpapan Sri Soetantinah mengatakan, PDAM bakal tetap memanfaatkan Waduk Manggar untuk memberikan pelayanan air bersih kepada masyarakat. Ia berharap, Balikpapan tidak dilanda kemarau panjang, sehingga meski air waduk sudah dikuras separuh lebih, tapi masih bisa disedot PDAM untuk didistribusikan ke pelanggan.</span></div></div><div style="box-sizing: border-box;"><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">"PDAM akan membangun pipa sementara di atas permukaan dan pompa air di atas ponton dengan kapasitas 330 liter per detik. Hari ini (kemarin), pemasangan ponton mulai dilakukan. Rencananya ada tiga ponton, tapi baru ada dua ponton. Kalau tiga ponton itu tetap beroperasi, kapasitas produksi bisa 990 liter per detik. Sehingga bisa menutup produksi yang biasa dilakukan," terangnya.</span></div></div><div style="box-sizing: border-box;"><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Terpisah, Dirut PDAM M Soufan membenarkan hal tersebut. Ia berharap beban sewa ponton ditanggung oleh Dirjen SDA. Sebab, biayanya tak murah. Untuk satu ponton tarif sewanya Rp 340 juta per bulan. Jadi jika 3 ponton tarif sewanya Rp 1 miliar per bulan. Itu belum termasuk kebutuhan solar yang mencapai 2,4 ton per hari.</span></div></div><div style="box-sizing: border-box;"><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">"Saya juga masih belum tahu apakah pompa itu bisa bekerja selama sebulan nonstop. Kami masih negosiasi supaya kalau pompa itu gangguan, ada pompa cadangan sebagai pengganti tanpa perlu menambah biaya sewa," tambah Soufan.</span></div></div><div style="box-sizing: border-box;"><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Sebagai informasi, jumlah pelanggan PDAM sampai Mei 2014 sebanyak 88.981 pelanggan. Jumlah pelanggan yang dilayani IPAM Km 8 sebanyak 37.677 pelanggan, sementara yang dilayani IPAM Damai sebanyak 27.389 pelanggan. Sehingga persentase jumlah pelanggan yang akan terganggu (pelanggan IPAM Damai dan Km 8) sebanyak 73 persen.</span></div></div><div style="box-sizing: border-box;"><div style="text-align: start;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><font><div style="text-align: start; -webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><font>Untuk mengurangi dampak krisis air ini, PDAM mengimbau kepada masyarakat dan hotel maupun industri yang punya sumur dalam agar berbagi terhadap warga sekitar. PDAM juga meminta Pertamina untuk membantu penyediaan air bersih bagi masyarakat. </font><span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">(*/rsh/tom/k8)</span></div></font></div></div></div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><a href="http://m.kaltimpost.co.id/berita/detail/78397-balikpapan-bakal-krisis-air-panjang">http://m.kaltimpost.co.id/berita/detail/78397-balikpapan-bakal-krisis-air-panjang</a></span></div><div style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br><br>Sent from my iPhone</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-66641285901100535422014-05-30T08:27:00.002+07:002014-05-30T08:27:16.077+07:00BMKG Kembali Imbau Warga Samarinda Waspadai Banjir<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<strong><img alt="BMKG Kembali Imbau Warga Samarinda Waspadai Banjir" src="http://kaltim.tribunnews.com/foto/berita/2014/5/28/banjir5.jpg" width="250" /> </strong><br />
<strong><br /></strong>
<strong>SAMARINDA, tribunkaltim.co.id</strong> - Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan warga Samarinda,
Kalimantan Timur, agar mewaspadai banjir menyusul hujan yang mengguyur
daerah itu sejak Rabu dini hari hingga siang.<br /> <br />"Kami kembali
mengingatkan warga agar mewaspadai banjir khususnya di wilayah yang
selama ini memang rawan tergenang," ungkap Kepala BMKG Bandara Temindung
Samarinda, Sutrisno, Rabu.<br /> <br />Hujan yang mengguyur Kota
Samarinda, kata Sutrisno, masih dalam kategori sedang. Curah hujan yang
terjadi pada Rabu dini hari pukul 03.00 hingga pukul 08.00 Wita lanjut
Sutrisno hanya sekitar 66 mili meter. <br /> <br />"Curah hujan mulai
pukul 03.00 hingga 08.00 Wita sekitar 66 mili meter dan pada pukul 08.00
sampai sekarang (siang) 16 mili meter. Curah hujan di bawah 100 mili
meter masih masuk kategori sedang dan di atas 100 mili meter kategori
ekstrem. Kalau hujan seperti ini, biasanya genangan air hanya
berlangsung sesaat saja, tetapi warga tetap harus waspada dan terpenting
menjaga lingkungan," kata Sutrisno.<br /> <br />Hujan dengan kategori
sedang, kata Sutrisno, masih berpotensi terjadi di wilayah Kota
Samarinda dan beberapa kota lainnya di Kaltim dalam sepekan ke depan.<br /> <br />"Potensi
terjadinya hujan dengan kategori sedang masih kemungkingkan terjadi
dalam satu pekan ke depan. Untuk musim kemarau di Kota Samarinda dan
sejumlah wilayah lainnya di Kaltim diprediksi berlangsung pada Juni atau
Juli 2014," katanya.<br /> <br />"Jadi, saat ini wilayah Kota Samarinda
masih tahap musim pancaroba," ujarnya. Untuk jalur pelayaran dan
penerbangan, lanjut dia, juga masih aman dan tidak ada kendala.<br /> <br />Akibat
hujan yang mengguyur Kota Samarinda sejak Rabu dini hari hingga siang,
sejumlah ruas jalan protokol di daerah itu tergenang. <br /> <br />Genangan air terlihat terjadi di kawasan Simpang Empat Mal Lembuswana dengan ketinggian air berkisar 30-50 centimeter.<br /> <br />Begitu pula di Jalan AM. Rifadin atau jalur menuju Kota Balikpapan, dengan ketinggian air 20-40 centimeter.<br /> <br />Genangan
air setinggi 30 hingga 60 centimeter juga terlihat terjadi di kawasan
yang selama ini jarang tergenang yakni di Jalan Slamet Riyadi hingga
Jalan Untung Suropati. <br /> <br />Di kawasan Simpang Empat Jalan KH Wahid Hasyim dan Jalan PM Noor, ketinggian air mencapai 40 centimeter. (antara)</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-78084230555453239962014-05-30T08:16:00.002+07:002014-05-30T08:16:42.795+07:00Ratusan Rumah Warga Berau Terendam Banjir<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 class="f50 black2 f400 crimson" id="arttitle" style="font-size: 50px; line-height: 110%;">
</h1>
<div class="grey bdr3 pb10 pt10" style="text-align: justify;">
<a href="http://kaltim.tribunnews.com/foto/berita/2014/5/28/portal_Banjir_Lagi_GEAFRY_NECOLSEN.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="BREAKING NEWS: Ratusan Rumah Warga Berau Terendam Banjir" border="0" src="http://kaltim.tribunnews.com/foto/berita/2014/5/28/portal_Banjir_Lagi_GEAFRY_NECOLSEN.jpg" width="250" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong id="yui_3_16_0_1_1401269934570_7120"><span>TANJUNG REDEB, TRIBUN - </span></strong><span>Hujan </span><span id="yui_3_16_0_1_1401269934570_7109">
disertai petir selama 2 jam yang terjadi pada Rabu (28/5/2014) hari
ini, menyebabkan ratusan rumah warga terendam air. Selokan tak lagi
mampu menampung debit air, air hujan pun mengalir denganderas
keruas-ruas jalan, sebelum akhirnya memasuki rumah-rumah warga,
gedung-gedung sekolah dan perkantoran. </span><br />
<div class="yiv9180023181MsoNormal" id="yui_3_16_0_1_1401269934570_7111">
<span><br /></span></div>
<div class="yiv9180023181MsoNormal" id="yui_3_16_0_1_1401269934570_7113">
<span id="yui_3_16_0_1_1401269934570_7112">Tak
banyak yang bisa dilakukan ketika hujan turun. Seperti biasa, warga
juga sudah bisa memprediksi, rumah mereka bakal terendam air. “Hujannya
sebentar saja, air langsungnai ksampai kerumah,” kata Rusmini, warga
yang bermukim di JalanMangga II.</span></div>
<div class="yiv9180023181MsoNormal" id="yui_3_16_0_1_1401269934570_7091">
<span><br /></span></div>
<div class="yiv9180023181MsoNormal" id="yui_3_16_0_1_1401269934570_7090">
<span id="yui_3_16_0_1_1401269934570_7114">Di
kawasan itu, Dinas Pekerjaan Umum tengah mengerjakan proyek
peningkatanj alan dan drainase, Kantor Kebersihan Pertamanan dan
Pemadam Kebakaran (KKPPK) pun hampir setiap pekan selalu membersihkan
drainase yang tertutuplumpurdansampah.</span></div>
<div class="yiv9180023181MsoNormal" id="yui_3_16_0_1_1401269934570_7117">
<span><br /></span></div>
<span id="yui_3_16_0_1_1401269934570_7034">Tapi
persoalannya bukan hanya drainase tertutup sampah dan lumpur. Drainase
yang ada sekarang jugaterlalu kecil dan tak terkoneksi dengan saluran
pembuangan lainnya. </span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-67300442445763960062014-05-30T08:10:00.002+07:002014-05-30T08:10:43.400+07:00Kerugian Warga Samarinda Akibat Banjir 250 M Pertahun<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 class="f50 black2 f400 crimson" id="arttitle" style="font-size: 50px; line-height: 110%;">
</h1>
<div class="grey bdr3 pb10 pt10">
Kamis, 29 Mei 2014 20:45 WIB</div>
<div id="artimg">
<div class="mb10 mr10 fl">
<div style="text-align: center;">
<img alt="Kerugian Warga Samarinda Akibat Banjir 250 M Pertahun" src="http://kaltim.tribunnews.com/foto/berita/2014/5/29/toko_-_toko_di_Jl_M_Yamin,_depan_GOR_Sempaja_Samarinda_tutup_karena_banjir_pada,_Rabu_lalu._.jpg" width="250" /></div>
<div class="f10 ar">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Toko - toko di Jl M Yamin depan GOR Sempaja Samarinda tutup karena banjir pada, Rabu lalu.</div>
</div>
</div>
<strong>SAMARINDA, tribunkaltim.co.id</strong> - Hujan deras yang
mengguyur kota Samarinda sejak, Rabu (28/5/2014) dini hari sekitar
pukul 03.00, hingga jelang siang hari mengakibatkan banjir di sejumlah
titik. Di titik - titik seperti simpang 4 Mal Lembuswana, Jl Lambung
Mangkurat, Jl Gerilya hingga siang hari masih digenangi air setinggi
lutut orang dewasa. Di Jl Gerilya, warga melarang kendaraan roda 4 ke
atas melintas. Penyebabnya, hempasan kendaraan ketika lewat menyebabkan
air masuk ke rumah - rumah warga.<br />
<div style="text-align: justify;">
Banjir parah juga terjadi di Jl
M Yamin, tepatnya di depan GOR Madya Sempaja. Tinggi air yang melebihi
lutut orang dewasa membuat lalu lintas untuk beberapa waktu lumpuh.
Selain menggganggu arus lintas, ternyata banjir ini mengakibatkan
berkurangnya pendapatan warga yang menggantungkan hidupnya dari
pengendara dan masyarakat sekitar yang lalu lalang di jalan tersebut.
Beberapa rumah makan dan toko terlihat tutup sejak pagi hari dan tidak
ada tanda - tanda akan dibuka kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
Salah seorang pemilik toko
kelontong di Jl M Yamin, Ryah mengaku jika banjir terjadi maka
dipastikan pembeli akan menurun drastis. Pasalnya, untuk menuju tokonya
pembeli harus melewati genangan air yang cukup dalam. Para pembeli juga
menurutnya lebih baik mengurungkan niat untuk membeli daripada mengambil
resiko melewati genangan air yang tidak tahu apakah ada lubang atau
tidak. Jika tanpa banjir Ryah mengaku bisa memperoleh penjualan hinga Rp
1 juta. <br /><br />"Kalau banjir begini, mau dapat Rp 300 ribu saja sulit," katanya.<br /><br />Hal
senada dikatakan Adi, pemilik toko sepatu yang masih di Jl M Yamin.
Kendatipun genangan air menuju tokonnya tidak terlalu tinggi, tetap saja
minat pembeli untuk berkunjung menurun. Biasanya jika tidak hujan, ia
mengaku dapat memperoleh antara Rp 1 juta- Rp 3 juta perhari. Dan jika
banjir, pulang tanpa penjualan serupiah pun tak jarang dialami. Namun
kendatipun demikian, ia mengaku lebih beruntung dibanding pedagang
makanan di lokasi tersebut. Dagangannya kata Adi, walau pun tidak laku
dijual saat ini tetap masih bisa dijual di lain hari. Berbeda dengan
penjual makanan, jika makanan sudah sempat dimasak dan terjadi banjir,
maka dipastikan tidak akan ada pembeli dan makanan tidak bisa dijual
esok harinya.<br /><br />"Sebenarnya saya sudah mau pulang ini. Tapi di rumah juga nggak ada kerjaan yang makanya di toko saja," katanya.<br /><br />Pakar
Ekonomi Lingkungan Kaltim sekaligus pengajar di Fakultas Kehutanan
Universitas Mulawarman, Ir Bernaulus Saragih, M.Sc. Ph.D menilai,
keseriusan pemkot Samarinda untuk menuntaskan banjir ini masih kurang.
Walau pun menurutnya baru - baru ini ada rembug banjir yang diprakarsai
Pemprov Kaltim, tapi hingga kini belum ada langkah konkrit dan mamfaat
terlihat dari di lapangan. Padahal kata Bernaulus, masyarakat hingga
kini tetap menunggu kapan masalah banjir ini dapat diselesaikan Pemkot
Samarinda dan Pemprov Kaltim. <br /><br />"Apakah itu hanya sekedar
pencitraan, agar publik menganggap ada usaha atau memang hanya sekedar
menenangkan hati rakyat. Tapi faktanya, sampai sekarang pemprov belum
melakukan usaha yang sebagaimana mestinya dilakukan untuk menanggulangi
banjir," kata Bernaulus.<br /><br />Dan menurutnya, pasti ada banyak
kerugian setiap kali terjadi banjir. Dan selalu saja, kerugian dan
dampak banjir selalu lebih banyak dipikul masyarakat. <br /><br />Kendatipun
belum ada hitung - hitungan detail, Bernaulus memperkirakan bila
terjadi banjir saja di titik - titik seperti Sempaja, seputaran Mal
Lembuswana, Jl Kesejahteraan, Jl Lambung Mangkurat dan lainnya,
jumlahnya bila dirupiahkan sangatlah besar mencapai Rp 200 - Rp 250
miliar setiap tahunnya. Hal itu berdasarkan kerugian yang dialami sektor
ekonomi, pendidikan, jasa, transportasi yang sudah dirugikan. Selain
kerugian langsung, dampak seperti uang sekolah yang sudah dibayar tapi
belajar mengajar tidak bisa dinikmati, sopir yang yang tidak bisa
mengejar setoran karena banjir, umur spare part kendaraan yang semakin
pendek juga harus dihitung.<br /><br />"Belum termasuk lagi klo sampai anak
sekolah diliburkan, kerugian pendidikan. Tidak hanya semata - mata toko,
pasar, transportasi, tapi juga pendidikan akan berpengaruh," kata
Bernaulus.<br /><br />Ia juga menyarankan pemerintah mengalokasikan dana
penelitian untuk menghitung dampak akibat banjir. Jadi menurutnya akan
bisa melihat, bahwa kalau itu dibenahi dengan baik akan mencegah
pengeluaran - pengeluaran yang tidak diperlukan di tengah masyarakat. <br /><br />"Saya
yakin kerugiannya besar. Bukan hanya masalah ekonomi, transportasi,
saja, lingkungan, ekonomi pendidikan, spektrumnya luas. Namun kita perlu
sesungguhnya melakukan perhitungan. Tapi berdasarkan estimasi -
estimasi kasar yang pernah bapak hitung, belum detail antara Rp 200
miliar - Rp 250 miliar pertahun," katanya.</div>
<div class="side-article txt-article mb20 helvetica" style="margin-left: 190px;">
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-89035713312964956482014-03-06T17:59:00.001+07:002014-05-30T08:12:20.559+07:00banjir di wahid hasyim sempaja<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td valign="top"><div dir="ltr">
</div>
<div dir="ltr">
SAMARINDA, tribunkaltim.co.id - Sejumlah anak bermain di tengah banjir yang menggenangi Jl Wahid Hasyim, Kelurahan Sempaja Selatan, Samarinda, Kamis (6/3/2014), pasca-hujan mengguyur Samarinda sejak pukul 06.00 hingga pukul 09.00.Kawasan yang terparah yakni di RT 37, RT 38, sampai RT 45 Kelurahan Sempaja. Akibat banjir, sejumlah warga terpaksa menepi di halaman toko yang datarannya lebih tinggi dari jalan.Namun tidak sedikit warga yang nekat menerobos menggunakan kendaraan motor maupun mobil. "Banjir pada pagi hari sampai setinggi dada orang dewasa. Saya terpaksa menunggu di depan toko swalayan modern karena mobilnya macet seusai mengantar anak ke sekolah," ujar Zulkifli, warga Jl Batu Cermin Sempaja Utara.Selain itu enam truk mogok di Jl Wahid Hasyim Sempaja. Truk tersebut didorong personel Koramil TNI, satpol PP, personel BPBD dibantu warga, didorong ke pinggir jalan.Jalan Juanda 8 kawasan Samarinda Ulu juga tak luput digenangi banjir di atas mata kaki. Seorang warga, Firdan, terpaksa mengurungkan niat bekerja karena membantu keluarganya yang kebanjiran.</div>
<div dir="ltr">
<a href="https://id.overview.mail.yahoo.com/mobile/?.src=Android">Dikirim dari Yahoo Mail pada Android</a></div>
</td></tr>
</tbody></table>
<div id="_origMsg_">
<div>
<br />
<div>
<div style="font-size: 0.9em;">
<hr size="1" />
</div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td valign="top"><br /></td> </tr>
</tbody> </table>
</div>
</div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-71165213146084089122014-01-29T05:52:00.001+07:002014-01-29T05:52:18.275+07:00Banjir di Nunukan, Pemprov Kaltara Dorong Diplomasi ke Malaysia Senin, 27 Januari 2014 19:31 WIB<table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><p dir=ltr>TANJUNG SELOR, tribunkaltim.co.id – Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) akan mendorong Pemerintah Pusat untuk melakukan hubungan diplomatik dengan Pemerintah Malaysia, terkait musibah banjir yang melanda tiga Kecamatan di Kabupaten Nunukan. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Badan Kesbangpol dan Penanggulangan Bencana Provinsi Kaltara, Sanusi, Senin (27/1/2014).Berdasarkan hasil tinjauan yang dilakukan, Pemprov Kaltara menerima laporan bahwa banjir yang melanda Kecamatan Lumbis Ogong, Kecamatan Lumbis dan Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan, disebabkan karena meluapnya hulu sungai di Malaysia. Kondisi itu diperparah dengan tingginya curah hujan dan pasang air laut, sehingga menyebabkan ratusan rumah terendam banjir.“Hasil tinjauan kami untuk sementara memang banjir itu disebabkan karena debet air Sungai Sembakung yang di atas seperti biasanya. Sungai itu melintasi tiga kecamatan. Nah ketika banjir, air di Sungai Sembakung selalu keruh dan yang menyebabkan keruh adalah Sungai Salang yang memang hulunya berada di Malaysia,” ujar Sanusi.Dari laporan Camat dan Kepala Desa setempat, tingkat penggundulan hutan di Malaysia sangat parah. Akibatnya air sungai keruh dan cepat meluap. Ditambah lagi intensitas curah hujan tinggi serta pasang air laut, menyebabkan banjir di tiga kecamatan tak terhindarkan.Sanusi mengatakan, berdasarkan laporan terakhir Senin pagi, air di Kecamatan Sembakung berangsur surut. Sedangkan di Kecamatan Lumbis dan Lumbis Ogong, pihaknya belum menerima laporan. Meski begitu, ketinggian air di Kecamatan Lumbis sempat mencapai 3-4 meter.Pemprov Kaltara tengah menyusun laporan untuk disampaikan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang intinya meminta Pemerintah Pusat untuk mengambil langkah diplomatik dengan pihak Malaysia terkait musibah yang terjadi di wilayah itu. Apalagi banjir di wilayah Sembakung kerap terjadi setiap tahunnya.“Memang untuk ke depannya hal ini perlu dibicarakan langsung oleh Pemerintah Pusat, karena hulu dari sungai itu ada di Malaysia. Kita berharap laporan ini bisa menjadi materi bagaimana penanggulangan khusus di wilayah itu,” katanya. (*)<br> <a href="https://id.overview.mail.yahoo.com/mobile/?.src=Android">Dikirim dari Yahoo Mail pada Android</a></p> </td></tr></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-19748490086269135342014-01-29T05:48:00.001+07:002014-01-29T05:48:56.262+07:00Pasca Banjir, Warga Lumbis Ogong Nunukan Butuh Makanan Selasa, 28 Januari 2014 17:28 WIB<table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><p dir=ltr>NUNUKAN,tribunkaltim.co.id- Ribuan warga korban banjir di Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan saat ini sangat mengharapkan bantuan makanan maupun kebutuhan masak memasak.Meskipun banjir telah surut, kebutuhan makanan masih sulit didapatkan di kawasan pedalaman yang jauh dari pusat ekonomi di Desa Mansalong, Kecamatan Lumbis, kecamatan induknya. Apalagi warga di Desa Mansalong juga ikut menjadi korban bencana banjir yang terjadi sejak Kamis (23/1/2014) hingga Minggu (26/1/2014).Selain Kecamatan Lumbis dan Kecamatan Lumbis Ogong, banjir akibat luapan Sungai Sembakung yang berhulu di Sungai Pensiangan, Sabah, Malaysia, serta Sungai Labang dan Sungai Simalumung di Kecamatan Lumbis Ogong telah merendam desa-desa di Kecamatan Sembakung dan Kecamatan Sembakung Atulai.Camat Lumbis Ogong Daud mengatakan, saat ini masyarakat sangat membutuhkan bantuan makanan, peralatan masak memasak seperti panci dan periuk serta piring maupun selimut.“Pada prinsipnya kami berharap pemerintah cepat tanggap,” ujarnya, Selasa (28/1/2014) saat menghubungi tribunkaltim.co.id (Tribunnews Network) melalui telepon seluler.Sebelumnya, warga telah menerima bantuan bahan makanan dari Pemerintah Kabupaten Nunukan yang disampaikan melalui Bupati Nunukan Haji Basri, saat berkunjung ke lokasi banjir, Jumat dan Sabtu lalu.“Saya sudah mengirimkan 20 sak beras, hari ini saya mengirimkan 150 sak beras,” ujarnya.Dari data Pemerintah Kecamatan Lumbis Ogong, banjir di kecamatan yang berbatasan darat langsung dengan Sabah, Malaysia itu telah membuat sekitar 194 rumah rusak berat. Sebanyak 62 rumah diantaranya hanyut total tanpa apapun yang tersisa termasuk harta benda di dalamanya.“Pada saat banjir, ada rumah yang spontan langsung hanyut. Setelah surut sehari kemudian, tanahnya longsor sehingga rumah-rumah yang berada di bantaran sungai itu habis hanyut terturun ke pinggir sungai,” ujarnya.Meskipun tak ada satupun korban jiwa dalam bencana banjir itu, namun luapan sungai telah membuat sekitar 1.000 kepala keluarga di 17 desa di Kecamatan Lumbis Ogong harus menanggung derita. Sebanyak 17 desa ini, terkena dampak banjir yang paling parah.“Sekarang masyarakat ada yang tinggal di tempat keluarga, kemudian ada yang membuat pondok-pondok kecil, tenda- tenda di dataran yang lebih tinggi,” ujarnya.</p> <p dir=ltr><a href="https://id.overview.mail.yahoo.com/mobile/?.src=Android">Dikirim dari Yahoo Mail pada Android</a></p> </td></tr></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-24502565152586571712014-01-29T05:47:00.001+07:002014-01-29T05:47:14.916+07:00Pasca Banjir, Warga Lumbis Ogong Nunukan Butuh Makanan<p class="mobile-photo"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-n_Sbndj7tUA/Uugzc8gOo2I/AAAAAAAAAg4/zBtfA_0T7fI/s1600/banjir_lumbis-734917.jpeg"><img src="http://4.bp.blogspot.com/-n_Sbndj7tUA/Uugzc8gOo2I/AAAAAAAAAg4/zBtfA_0T7fI/s320/banjir_lumbis-734917.jpeg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5974081478077621090" /></a></p><table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><p dir=ltr></p> <p dir=ltr><a href="https://id.overview.mail.yahoo.com/mobile/?.src=Android">Dikirim dari Yahoo Mail pada Android</a></p> </td></tr></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-26047628101646527382014-01-29T05:28:00.001+07:002014-01-29T05:28:03.111+07:00Ribuan Warga MengungsiBanjir Rendam Tiga Kecamatan di Nunukan<table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><p dir=ltr>NUNUKAN - Banjir bandang yang melanda tiga kecamatan yakni Lumbis, Lumbis Ogong, dan Sembakung, Kabupaten Nunukan, mulai berangsur surut. Sebelumnya dilaporkan ketinggian air di Mansalong, ibu kota kecamatan Lumbis, bervariasi antara 2-3 meter.Kiriman air bah dari dua sungai besar, yakni Sungai Sedalip yang berhulu di Kecamatan Lumbis dan Sungai Pengsiangan yang berhulu dari daratan Malaysia berlangsung sejak Kamis (23/1) pagi. Sejumlah fasilitas seperti masjid, sekolah dan pasar, terendam dan hanya menyisakan atap. Akibatnya, banjir besar yang pertama kali dalam sejarah banjir di Lumbis itu menenggelamkan sejumlah rumah dan kerugian yang ditaksir mencapai miliaran rupiah.Banjir yang masih berlangsung itu melumpuhkan aktivitas warga di Mansalong. Hingga kini, layanan listrik mati total sejak dua hari lalu. Sejumlah gardu yang berada tepat di sejumlah titik banjir tidak dapat difungsikan akibat terendam air.Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan, Muhammad Amin mengatakan sebagian warga telah mengungsi. Misalnya di Lumbis, titik lokasi pengungsian yang dipusatkan di Kantor Polsek Lumbis dipenuhi warga dari beberapa desa dari Kecamatan Lumbis Ogong. Meski, sebagian lagi mengungsi ke rumah sanak keluarga.Lain lagi dengan warga Sembakung yang rumahnya terendam hingga mencapai tiga meter. Beberapa di antara mereka memilih mengungsi ke atas gunung atau kanal, galian sungai yang membentuk tanggul dan membangun tenda pengungsian secara swadaya.“Di Sembakung, dari pantauan kami sekitar 7.000 jiwa menjadi korban. Dan sebagian di antara mereka telah mengungsi. Begitu juga di Lumbis, cuman kita masih terus memantau, Lumbis sudah surut,” kata Muhammad Amin kepada Radar Nunukan (Kaltim Post Group), kemarin (24/1) sore.Sehari sebelum terjadinya banjir, warga Lumbis memperkirakan banjir tahunan akan terjadi seperti tahun sebelumnya dengan ketinggian 0,5-1 meter. Perkiraan itu ternyata meleset. Beberapa tokoh masyarakat di Lumbis mengungkapkan banjir tahunan kali ini adalah yang terbesar sepanjang sejarah. Banjir yang hampir sama, pernah terjadi di tahun 1989. Saat itu pemerintah daerah Kabupaten Bulungan merelokasi ratusan KK.“Makanya itu ada namanya lokasi I, lokasi II dan lokasi III. Lokasi-lokasi ini adalah pengungsian dulu, warga yang diungsikan waktu itu dibuatkan bangsal. Dan kali ini terjadi lagi, dan ini yang terbesar sudah. Sampai kabel listrik sudah setinggi dengan air. Masjid di Mansalong dekat pasar, yang posisinya cukup tinggi sampai terendam hingga nyaris membumbung ke bagian atap,” terang Abu, salah seorang warga Mansalong. (war/kpnn/tom/k10)</p> <p dir=ltr><a href="https://id.overview.mail.yahoo.com/mobile/?.src=Android">Dikirim dari Yahoo Mail pada Android</a></p> </td></tr></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-26596308941112404452013-09-20T21:17:00.001+07:002013-09-20T21:17:40.572+07:00SESUAI KAJIAN?: Aktivitas pemancangan tiang Jembatan S di Sungai Karang Mumus ini dipertanyakan publik, karena bakal mempersempit sungai dan berpotensi banjir.<p class="mobile-photo"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-8t0onCMVpKA/UjxZBPrCqnI/AAAAAAAAAf4/0ngE0dRlcy4/s1600/haryoto-sebaiknya-tidak-dipancang-di-sungai-1-760573.jpeg"><img src="http://1.bp.blogspot.com/-8t0onCMVpKA/UjxZBPrCqnI/AAAAAAAAAf4/0ngE0dRlcy4/s320/haryoto-sebaiknya-tidak-dipancang-di-sungai-1-760573.jpeg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5925709087634532978" /></a></p><table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><p dir=ltr><b><b>Haryoto: Sebaiknya Tidak Dipancang di Sungai</b></b><br> SAMARINDA - Pembangunan Jembatan S yang menghubungkan Jalan Tongkol dan Jalan Mulawarman telah berprogres 72 persen untuk tahap I. Yakni pemancangan tiang fondasi dan abutment (pangkal jembatan) sampai posisi penyangga. Walau proyek ini sempat dikritik warga lantaran pemancangan fondasi dilakukan di Sungai Karang Mumus (SKM), namun ditepis Staf Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Pembangunan Jembatan S Budi Santoso yang menyebut tidak masalah karena sudah dikaji. Walau begitu, pengamat perkotaan dan lalu-lintas Haryoto pun angkat bicara. Dia mengatakan, terkait pemancangan tiang fondasi di badan sungai, secara kaidah teknis memang diperkenankan. "Di mana saja (tiang) dipancang juga bisa," katanya kepada Kaltim Post, kemarin (19/9) siang.Meski diakuinya pada saat dia menjadi Kabid Bina Marga Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Samarinda, dia sudah menyarankan agar tidak dipancang di badan sungai. "Lagi pula konsultan sudah ada yang mengkaji soal itu. Alangkah baiknya jangan di badan sungai," beber dia. Namun dirinya mengaku lupa nama konsultan yang pernah mengkaji tersebut.Pria berkacamata itu menjadi heran soal izin penggunaan alur sungai untuk pemancangan. Menurut dia, bukan di Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III Kaltim, melainkan di Bidang Sumber Daya Air Dinas PU Kaltim.Kembali ke saran larangan tersebut, alasannya yakni terkait estetika di kawasan tersebut.Sekadar tambahan, bantaran Sungai Karang Mumus (SKM) sejak belasan tahun lalu diproyeksikan menjadi Ruang Terbuka Hijau. Tak pelak permukiman di area tersebut direlokasi. "Makanya itu, setidaknya menghargai pihak (SDA Dinas PU Kaltim, Red.) yang menormalisasi sungai itu juga. Niatnya 'kan membersihkan dan melebarkan sungai tersebut," tutur dia.Dengan adanya tiang pancang, malah tak sejalan dengan program normalisasi. "Buat apa dong dilebarkan, toh kalau sekarang ada hambatannya (tiang pancang)," lanjutnya mantan Kabid Tata Kota Disciptakot Samarinda ini.Selain itu dia mengkritisi, Staf Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Pembangunan Jembatan S, seyogianya dia tak berbicara soal banjir. "Serahkan sajalah sama Bidang Pengendalian Banjir DBMP Samarinda. Koordinasi tidak jalan juga," imbuhnya. (*/ril/ibr/k8) </p> <p dir=ltr>Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android</p> </td></tr></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-51798184667962119672013-07-04T05:17:00.001+07:002013-07-04T05:17:46.811+07:00Samboja Lumpuh LagiBanjir Bandang Ketiga dalam Tiga Tahun<p class="mobile-photo"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-jZzDqjDZGZg/UdSjC-CRfiI/AAAAAAAAAfI/eKv93gtf12w/s1600/samboja-lumpuh-lagi-766811.jpeg"><img src="http://3.bp.blogspot.com/-jZzDqjDZGZg/UdSjC-CRfiI/AAAAAAAAAfI/eKv93gtf12w/s320/samboja-lumpuh-lagi-766811.jpeg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5896517083542421026" /></a></p><table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><p dir=ltr>SAMBOJA - Memori bencana setahun lalu yang masih membekas di benak warga di Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara (Kukar), kini terulang lagi. Banjir lagi-lagi merendam ratusan rumah dan sawah sejak Selasa (2/7) dini hari. Menerjang tiga kelurahan di kecamatan pesisir Kukar, genangan baru pergi 10 jam kemudian.Terjangan banjir setinggi satu meter membuat lumpuh aktivitas warga Kelurahan Margomulyo, Sungai Seluang, dan Wonotirto. Air merendam sedikitnya 500 rumah yang dihuni sekitar seribu jiwa di kecamatan yang penuh dengan izin pertambangan batu bara tersebut.Berdasarkan pantauan Kaltim Post, Sungai Seluang adalah yang terparah. Bahkan jalan poros yang menghubungkan Samboja-Muara Jawa sukar dilewati karena genangan.Di atas aspal, tepatnya di pertigaan Sungai Seluang-Km 38 Jalan Soekarno-Hatta, arus air begitu deras. Beberapa sepeda motor mogok. Hingga pukul 08.00 Wita, belum terlihat bantuan dari pihak berwenang. Media ini hanya melihat beberapa anggota PMI Samboja menggalang sumbangan akibat banjir besar.Sedikitnya, Samboja tiga kali diterjang banjir besar sejak tiga tahun terakhir. Kejadian nyaris serupa pada 2010 dan 2012.Sabarudin, warga Sungai Seluang, mengatakan banjir kali ini adalah terbesar kedua setelah Juli 2012 lalu. Kala itu, 600 rumah terendam dan seorang warga tewas. Kali ini, banjir merendam rumah, sepeda motor, beberapa mobil, serta hamparan sawah.Menurut Sabaruddin, warga Sungai Seluang, kelurahan tempat dia tinggal dahulu sebuah danau besar. Aliran air berkumpul di sana.“Air berasal dari gunung yang sekarang sudah gundul karena pembukaan lahan untuk tambang. Tak ada lagi daerah resapan. Air langsung turun ke sini,” sebutnya.Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Sungai Seluang, Sugiyono, menambahkan bahwa air juga merendam Kantor Lurah Sungai Seluang. Dia bahkan menyebut bencana ini seperti banjir bandang. Datang tiba-tiba ketika warga sedang lelap. Banyak barang yang tidak sempat diselamatkan.“Air mengalir dengan deras,” ucapnya, kala ditemui di Kantor Lurah Sungai Seluang.Menurut data yang dihimpun PMI Samboja, Sungai Seluang adalah daerah langganan banjir. Namun genangan kemarin adalah yang terparah. Biasanya banjir hanya menggenangi permukiman dan tidak sampai ke jalan.“Kami masih mendata berapa RT yang terkena banjir,” jelas Kepala Markas PMI Samboja, Masliyadi, ketika ditemui di Sungai Seluang. Dikatakan, banjir ini karena penyempitan dan pendangkalan drainase.“Selain pendangkalan, kegiatan pertambangan turut ambil bagian dalam bencana. Pembukaan lahan menyebabkan gunung menjadi gundul,” tambahnya.Masliyadi menjelaskan, drainase di tiga kelurahan sesungguhnya sudah dinormalisasi. Namun ketika hujan, air dari daerah tinggi membawa lumpur sehingga drainase penuh sedimen.“Saya menduga lumpur yang dibawa air hujan itu berasal dari kegiatan tambang,” ucapnya. Beberapa perusahaan tambang, tambah dia, bersedia memberi bantuan berupa nasi bungkus kepada warga yang jadi korban bencana.“Belum ada korban jiwa yang dilaporkan. Kami berharap jangan sampai terjadi,” harapnya.Ketua RT 1, Sungai Seluang, Muhammad Haris, membenarkan bahwa warga benar-benar trauma atas banjir bandang setahun lalu. Tak hanya rumah yang terendam, puluhan hektare sawah jadi korban.Hingga pukul 13.00 Wita kemarin, sawah milik petani di Samboja masih terendam. Padahal sebagian besar baru ditanami benih padi. “Banjir membuat benih hanyut,” sebutnya.Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kukar, Ahyani Fadianur Diani, menjelaskan proyek pengendalian banjir di Samboja saat ini tengah direncanakan Pemkab Kukar. Perencanaan penanganan banjir di Samboja, kata dia, dianggarkan di APBD Kukar 2013 sebesar Rp 500 juta. Ditargetkan, perencanaan rampung akhir tahun sehingga tahun depan proyek fisik bisa dianggarkan. (*/bjo/rom/fel/zal/che/k1)</p> <p dir=ltr>Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android</p> </td></tr></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-83940825511360815822013-06-12T22:05:00.001+07:002013-06-12T22:05:57.355+07:00Sekolah Mendadak Libur, Puncak Pasang Tambah PenderitaanBanjir Makin Kejam, Samarinda Lumpuh 14 Jam <p class="mobile-photo"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-qrg5cpGj8s0/UbiOVWsMGqI/AAAAAAAAAeo/FmQ4xDlFN3o/s1600/sekolah-mendadak-libur-puncak-pasang-tambah-penderitaan-757356.jpeg"><img src="http://4.bp.blogspot.com/-qrg5cpGj8s0/UbiOVWsMGqI/AAAAAAAAAeo/FmQ4xDlFN3o/s320/sekolah-mendadak-libur-puncak-pasang-tambah-penderitaan-757356.jpeg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5888613010306243234" /></a></p><table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><p dir=ltr>Rabu, 12 Juni 2013 - 09:02:08<br> Banjir semakin menjadi-jadi di Kota Tepian terutama Samarinda Utara. Titik banjir yang biasanya “hanya” di perempatan Jalan KH Wahid Hasyim-Jalan PM Noor, Sempaja, malah meluas, kemarin (11/6). GENANGAN merata hingga sejauh tujuh kilometer tepatnya di Jalan Batu Cermin, Sempaja Ujung. Hujan yang mengguyur mulai Selasa dini hari membuat sejumlah titik terendam berjam-jam.Pantauan Kaltim Post, banjir datang mulai pukul 06.00 Wita. Bahkan hingga lepas pukul 20.00 Wita malam tadi, air belum juga surut. Kemacetan pun terjadi di mana-mana nyaris selama 14 jam. Sementara ketinggian air bervariasi dari mata kaki hingga sepinggang orang dewasa.Banyak warga yang kesusahan mengeluhkan jalan alternatif yang biasanya tidak banjir malah terendam. Banjir kali ini lantas disebut warga sebagai kejadian terparah dari yang terparah. Bagaimana tidak, ratusan sepeda motor dan mobil terjebak banjir. Mencoba menerobos dengan cepat malah mogok didapat.Sekolah-sekolah di titik banjir juga mendadak meliburkan diri. SD 008, SMK 6, SMK Pelayaran, MTs Darussalam, SD 006, dan dua SD lagi di Jalan Pemuda adalah contohnya.Kepala SMK 6 Samarinda Chusniah Ahmad menuturkan, meski tinggal menunggu pembagian rapor, sekolah sebenarnya tidak libur. Tetapi banjir memaksa sekolah meliburkan diri. Chusniah juga sempat tertahan berjam-jam di Jalan AW Sjahranie.“Saya berangkat pukul tujuh pagi. Rumah saya di Jalan KS Tubun. Sampai sekolah jam setengah empat sore,” ucapnya. Dia terjebak antrean macet kurang lebih dua kilometer dari simpang empat lampu merah Sempaja.“Padahal kami ada rapat PSB (Penerimaan Siswa Baru, Red) tapi karena banyak yang tidak hadir, ya, batal,” ujarnya.Nyaris semua profesi terkena dampak “bencana” ini. Choirul Huda, anggota Komisi IV DPRD Samarinda, yang menetap di Perumahan Puspita Bengkuring memutuskan balik ke rumah karena kendaraannya tertahan banjir.“Ini parah. Benar-benar parah. Drainasenya tertutup, sih. Saya sudah kirim pesan singkat ke Wali Kota (Syaharie Jaang,Red) dan wakilnya tapi belum direspons, tuh,” ketusnya.Begitu pula Andi Syarifuddin yang seorang pengacara. Janji temu dengan klien berantakan karena mobilnya mogok ketika mencoba menerobos banjir.“Saya tinggal di rumah teman. Saya terpaksa numpang,” kisahnya.Sementara bagi Siti Rohaya yang juragan sayur, banjir membuatnya lebih menderita. Kebun sayur miliknya, mobil, berikut rumah di Jalan PM Noor terendam.GENANGAN DI KAMPUSTidak hanya di Sempaja, banjir juga menghantam banyak tempat di Samarinda. Kelurahan Lempake, Jalan DI Panjaitan, Jalan Kemakmuran, Jalan Kebaktian, Jalan Merdeka, dan Jalan Gerilya, terendam sepanjang pagi dan siang kemarin.Jalan DI Panjaitan yang memang sudah menjadi langganan banjir menerima tumpahan air hingga ketinggian satu meter.Begitu pula Jalan A Yani, Jalan S Parman, simpang empat Mal Lembuswana, Jalan P Antasari, dan Jalan P Suryanata, berubah menjadi “sungai” dengan arus lumayan deras. “Sepertinya Sungai Mahakam sudah pindah ke jalan,” ujar Dina Munawarah, mahasiswa Universitas Mulawarman.Dia melewati Jalan Kemakmuran untuk sampai ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Jalan Gunung Kelua. Jalur itu tak luput terendam.Bukan hanya Unmul, hujan kemarin subuh juga menggenangi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Samarinda. Air menggenangi sebagian besar ruangan terutama di lantai bawah. Sebagian besar mahasiswa pun terganggu ketika mengikuti perkuliahan.Rektor Untag Samarinda Prof Eddy Soegiarto membenarkan kampusnya terendam. Meski demikian, saat ini sejumlah fakultas di Untag libur karena mempersiapkan ujian semester. Namun masih ada beberapa fakultas yang masih menggelar perkuliahan seperti Fakultas Ekonomi.Menurutnya, Kampus Untag tergenang kala hujan adalah biasa. Meski demikian, dia belum berencana mengusulkan bantuan ke Pemprov Kaltim untuk memperbaiki kondisi kampus yang berdiri di tempat rendah.“Pak Gubernur sebenarnya sudah menjanjikan bantuan. Tapi saya belum tahu bentuknya seperti apa,” ucap dia. Meski sudah dianggap lumrah, dia mengatakan kampus tidak selalu tergenang ketika hujan. Namun Untag telah berencana mengembangkan kelas di Central Bisnis, persis di depan DPRD Kaltim di Jalan Teuku Umar.Salah satu pusat bisnis di Samarinda itu akan memiliki delapan lantai yang terdiri dari mal dan rumah sakit. “Nah, kampus kami (Untag) akan memiliki ruangan di sana (Central Bisnis),” ujarnya. Sedangkan kampus di Jalan Ir Juanda tak dikembangkan. Perlu biaya yang besar untuk merenovasi kampus. Jika dibangun menjulang ke atas, harus mengubah total bentuk bangunan.DRAINASE JELEKApa yang membuat banjir yang parah kali ini menjadi lebih parah? BMKG Samarinda mencatat, curah hujan tinggi yang bersamaan dengan pasang Sungai Mahakam membuat keadaan bertambah buruk. Ketika keduanya bergabung, berarti bencana bagi Samarinda yang memiliki sistem drainase kota yang bermasalah. Pengamat cuaca dari BMKG Samarinda, Roby H, mengatakan hujan dimulai pukul 05.00 Wita hingga pukul 09.30 Wita kemarin masuk kategori intensitas tinggi. “Sementara puncak pasang air terjadi pukul 09.11 Wita dengan ketinggian 2,4 meter,” terangnya ketika ditemui Kaltim Post, kemarin.Saat ini seluruh wilayah di Kaltim tengah memasuki musim transisi atau pancaroba. Ciri utama ketika memasuki musim tersebut, kata Roby, perubahan cuaca secara tiba-tiba dari cerah lalu hujan dalam waktu cepat. Roby mengatakan, pancaroba berlangsung sejak pekan ketiga Mei hingga pekan kedua Juni.Dikonfirmasi parahnya banjir yang membuat sebagian Samarinda lumpuh selama 14 jam, Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Banjir, Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Samarinda, Budi Tristiyono memberi penjelasan. Dikatakan, banjir di beberapa kawasan tak sepenuhnya lantaran hujan deras. Pasang air Sungai Mahakam turut menyumbang debit air.“Lihat saja di Jalan Dr Sutomo, Gang Nibung, terlihat pasang Sungai Karang Mumus yang tinggi,” jelasnya. Budi telah memerintahkan stafnya untuk meminta data curah hujan kemarin di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Samarinda.Data tersebut, menurutnya, untuk penanganan jangka panjang di kala pasang sungai. Selain itu, pihaknya berencana membuat pintu air dengan sistem pompa di Sungai Karang Mumus yang terhubung dengan Sungai Mahakam di belakang Polsek Kawasan Pelabuhan. Dengan pintu air tersebut, kata dia, pasang air sungai dapat dikendalikan.“Minggu depan kami (Pemkot) rapat koordinasi dengan Pemprov Kaltim,” urai Budi. Rencananya, proyek fisik pintu air dimulai pada 2014. Belum bisa dianggarkan pada APBD Perubahan 2013 lantaran kekhawatiran waktu pelaksanaan yang singkat. Belum lagi memastikan konsultan perencana yang tepat. Sedangkan, untuk penanganan jangka pendek dilakukan dengan menormalisasi drainase perkotaan di Samarinda.Ketika banjir menyusahkan puluhan ribu warga Samarinda, ke mana para pemimpin kota? Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail menuturkan, kemarin pagi dia memiliki agenda untuk datang Kelurahan Pulau Atas, Kecamatan Sambutan."Saya menghadiri gerak PKK tapi saya sudah tugaskan Pak Maulana (kepala DBMP Samarinda untuk memantau banjir)," terangnya. Nusyirwan mengatakan, dia terus berkoordinasi sehubungan permasalahan klasik di Kota Tepian ini. Namun dia belum bisa banyak berkomentar karena menunggu hasil pantau dan evaluasi banjir kemarin.Sementara Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang, masih di Jakarta. Sejak Ahad (9/7) lalu, Wali Kota berada di ibu kota negara sehubungan Pekan Raya Jakarta (PRJ). (her/rom/*/ril/*/roe/fel/che/k1)</p> <p dir=ltr>Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android</p> </td></tr></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-42392059185575591052013-06-12T21:55:00.001+07:002013-06-12T21:55:08.546+07:00Sekolah Mendadak Libur, Puncak Pasang Tambah PenderitaanBanjir Makin Kejam, Samarinda Lumpuh 14 Jam <p class="mobile-photo"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-IR9fN5k1ZHg/UbiLzEBNIeI/AAAAAAAAAeY/q0X676Hw27U/s1600/sekolah-mendadak-libur-puncak-pasang-tambah-penderitaan-708546.jpeg"><img src="http://4.bp.blogspot.com/-IR9fN5k1ZHg/UbiLzEBNIeI/AAAAAAAAAeY/q0X676Hw27U/s320/sekolah-mendadak-libur-puncak-pasang-tambah-penderitaan-708546.jpeg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5888610222155309538" /></a></p><table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><p dir=ltr>Rabu, 12 Juni 2013 <br> Banjir semakin menjadi-jadi di Kota Tepian terutama Samarinda Utara. Titik banjir yang biasanya “hanya” di perempatan Jalan KH Wahid Hasyim-Jalan PM Noor, Sempaja, malah meluas, kemarin (11/6). GENANGAN merata hingga sejauh tujuh kilometer tepatnya di Jalan Batu Cermin, Sempaja Ujung. Hujan yang mengguyur mulai Selasa dini hari membuat sejumlah titik terendam berjam-jam.Pantauan Kaltim Post, banjir datang mulai pukul 06.00 Wita. Bahkan hingga lepas pukul 20.00 Wita malam tadi, air belum juga surut. Kemacetan pun terjadi di mana-mana nyaris selama 14 jam. Sementara ketinggian air bervariasi dari mata kaki hingga sepinggang orang dewasa.Banyak warga yang kesusahan mengeluhkan jalan alternatif yang biasanya tidak banjir malah terendam. Banjir kali ini lantas disebut warga sebagai kejadian terparah dari yang terparah. Bagaimana tidak, ratusan sepeda motor dan mobil terjebak banjir. Mencoba menerobos dengan cepat malah mogok didapat.Sekolah-sekolah di titik banjir juga mendadak meliburkan diri. SD 008, SMK 6, SMK Pelayaran, MTs Darussalam, SD 006, dan dua SD lagi di Jalan Pemuda adalah contohnya.Kepala SMK 6 Samarinda Chusniah Ahmad menuturkan, meski tinggal menunggu pembagian rapor, sekolah sebenarnya tidak libur. Tetapi banjir memaksa sekolah meliburkan diri. Chusniah juga sempat tertahan berjam-jam di Jalan AW Sjahranie.“Saya berangkat pukul tujuh pagi. Rumah saya di Jalan KS Tubun. Sampai sekolah jam setengah empat sore,” ucapnya. Dia terjebak antrean macet kurang lebih dua kilometer dari simpang empat lampu merah Sempaja.“Padahal kami ada rapat PSB (Penerimaan Siswa Baru, Red) tapi karena banyak yang tidak hadir, ya, batal,” ujarnya.Nyaris semua profesi terkena dampak “bencana” ini. Choirul Huda, anggota Komisi IV DPRD Samarinda, yang menetap di Perumahan Puspita Bengkuring memutuskan balik ke rumah karena kendaraannya tertahan banjir.“Ini parah. Benar-benar parah. Drainasenya tertutup, sih. Saya sudah kirim pesan singkat ke Wali Kota (Syaharie Jaang,Red) dan wakilnya tapi belum direspons, tuh,” ketusnya.Begitu pula Andi Syarifuddin yang seorang pengacara. Janji temu dengan klien berantakan karena mobilnya mogok ketika mencoba menerobos banjir.“Saya tinggal di rumah teman. Saya terpaksa numpang,” kisahnya.Sementara bagi Siti Rohaya yang juragan sayur, banjir membuatnya lebih menderita. Kebun sayur miliknya, mobil, berikut rumah di Jalan PM Noor terendam.GENANGAN DI KAMPUSTidak hanya di Sempaja, banjir juga menghantam banyak tempat di Samarinda. Kelurahan Lempake, Jalan DI Panjaitan, Jalan Kemakmuran, Jalan Kebaktian, Jalan Merdeka, dan Jalan Gerilya, terendam sepanjang pagi dan siang kemarin.Jalan DI Panjaitan yang memang sudah menjadi langganan banjir menerima tumpahan air hingga ketinggian satu meter.Begitu pula Jalan A Yani, Jalan S Parman, simpang empat Mal Lembuswana, Jalan P Antasari, dan Jalan P Suryanata, berubah menjadi “sungai” dengan arus lumayan deras. “Sepertinya Sungai Mahakam sudah pindah ke jalan,” ujar Dina Munawarah, mahasiswa Universitas Mulawarman.Dia melewati Jalan Kemakmuran untuk sampai ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Jalan Gunung Kelua. Jalur itu tak luput terendam.Bukan hanya Unmul, hujan kemarin subuh juga menggenangi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Samarinda. Air menggenangi sebagian besar ruangan terutama di lantai bawah. Sebagian besar mahasiswa pun terganggu ketika mengikuti perkuliahan.Rektor Untag Samarinda Prof Eddy Soegiarto membenarkan kampusnya terendam. Meski demikian, saat ini sejumlah fakultas di Untag libur karena mempersiapkan ujian semester. Namun masih ada beberapa fakultas yang masih menggelar perkuliahan seperti Fakultas Ekonomi.Menurutnya, Kampus Untag tergenang kala hujan adalah biasa. Meski demikian, dia belum berencana mengusulkan bantuan ke Pemprov Kaltim untuk memperbaiki kondisi kampus yang berdiri di tempat rendah.“Pak Gubernur sebenarnya sudah menjanjikan bantuan. Tapi saya belum tahu bentuknya seperti apa,” ucap dia. Meski sudah dianggap lumrah, dia mengatakan kampus tidak selalu tergenang ketika hujan. Namun Untag telah berencana mengembangkan kelas di Central Bisnis, persis di depan DPRD Kaltim di Jalan Teuku Umar.Salah satu pusat bisnis di Samarinda itu akan memiliki delapan lantai yang terdiri dari mal dan rumah sakit. “Nah, kampus kami (Untag) akan memiliki ruangan di sana (Central Bisnis),” ujarnya. Sedangkan kampus di Jalan Ir Juanda tak dikembangkan. Perlu biaya yang besar untuk merenovasi kampus. Jika dibangun menjulang ke atas, harus mengubah total bentuk bangunan.DRAINASE JELEKApa yang membuat banjir yang parah kali ini menjadi lebih parah? BMKG Samarinda mencatat, curah hujan tinggi yang bersamaan dengan pasang Sungai Mahakam membuat keadaan bertambah buruk. Ketika keduanya bergabung, berarti bencana bagi Samarinda yang memiliki sistem drainase kota yang bermasalah. Pengamat cuaca dari BMKG Samarinda, Roby H, mengatakan hujan dimulai pukul 05.00 Wita hingga pukul 09.30 Wita kemarin masuk kategori intensitas tinggi. “Sementara puncak pasang air terjadi pukul 09.11 Wita dengan ketinggian 2,4 meter,” terangnya ketika ditemui Kaltim Post, kemarin.Saat ini seluruh wilayah di Kaltim tengah memasuki musim transisi atau pancaroba. Ciri utama ketika memasuki musim tersebut, kata Roby, perubahan cuaca secara tiba-tiba dari cerah lalu hujan dalam waktu cepat. Roby mengatakan, pancaroba berlangsung sejak pekan ketiga Mei hingga pekan kedua Juni.Dikonfirmasi parahnya banjir yang membuat sebagian Samarinda lumpuh selama 14 jam, Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Banjir, Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Samarinda, Budi Tristiyono memberi penjelasan. Dikatakan, banjir di beberapa kawasan tak sepenuhnya lantaran hujan deras. Pasang air Sungai Mahakam turut menyumbang debit air.“Lihat saja di Jalan Dr Sutomo, Gang Nibung, terlihat pasang Sungai Karang Mumus yang tinggi,” jelasnya. Budi telah memerintahkan stafnya untuk meminta data curah hujan kemarin di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Samarinda.Data tersebut, menurutnya, untuk penanganan jangka panjang di kala pasang sungai. Selain itu, pihaknya berencana membuat pintu air dengan sistem pompa di Sungai Karang Mumus yang terhubung dengan Sungai Mahakam di belakang Polsek Kawasan Pelabuhan. Dengan pintu air tersebut, kata dia, pasang air sungai dapat dikendalikan.“Minggu depan kami (Pemkot) rapat koordinasi dengan Pemprov Kaltim,” urai Budi. Rencananya, proyek fisik pintu air dimulai pada 2014. Belum bisa dianggarkan pada APBD Perubahan 2013 lantaran kekhawatiran waktu pelaksanaan yang singkat. Belum lagi memastikan konsultan perencana yang tepat. Sedangkan, untuk penanganan jangka pendek dilakukan dengan menormalisasi drainase perkotaan di Samarinda.Ketika banjir menyusahkan puluhan ribu warga Samarinda, ke mana para pemimpin kota? Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail menuturkan, kemarin pagi dia memiliki agenda untuk datang Kelurahan Pulau Atas, Kecamatan Sambutan."Saya menghadiri gerak PKK tapi saya sudah tugaskan Pak Maulana (kepala DBMP Samarinda untuk memantau banjir)," terangnya. Nusyirwan mengatakan, dia terus berkoordinasi sehubungan permasalahan klasik di Kota Tepian ini. Namun dia belum bisa banyak berkomentar karena menunggu hasil pantau dan evaluasi banjir kemarin.Sementara Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang, masih di Jakarta. Sejak Ahad (9/7) lalu, Wali Kota berada di ibu kota negara sehubungan Pekan Raya Jakarta (PRJ). (her/rom/*/ril/*/roe/fel/che/k1)</p> <p dir=ltr>Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android</p> </td></tr></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-68934063178862143442013-06-03T04:53:00.001+07:002013-06-03T04:53:49.505+07:00Banjir Tak Kunjung Surut, 473 Warga Mengungsi <p class="mobile-photo"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-G8o3jU_nr20/Uau-7i9kEnI/AAAAAAAAAeI/07kieLmlkLA/s1600/banjir-tak-kunjung-surut-473-warga-mengungsi-729506.jpeg"><img src="http://4.bp.blogspot.com/-G8o3jU_nr20/Uau-7i9kEnI/AAAAAAAAAeI/07kieLmlkLA/s320/banjir-tak-kunjung-surut-473-warga-mengungsi-729506.jpeg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5885007268296266354" /></a></p><table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><p dir=ltr>Jumat, 31 Mei 2013 - 08:10:44|Kaltim|<br> TENGGARONG – Banjir yang tak kunjung surut sejak sebulan terakhir menyebabkan derita berkepanjangan. Hingga kini, pengungsi akibat banjir di Kecamatan Muara Kaman, Kutai Kartanegara (Kukar) tercatat 111 kepala keluarga (KK) atau 473 jiwa."Perkembangan kondisi banjir tersebut sesuai hasil koordinasi BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) melalui Kasi Trantib Kecamatan Muara Kaman," ujar Kepala BPBD Kukar, Darmansyah, Selasa (28/5).Dijelaskannya, 111 KK yang mengungsi tersebut terdiri dari Desa Benua Lawas 39 KK, 148 jiwa, dan Desa Gunung Tebalai 72 KK, 325 jiwa. Dia mengatakan, Tim Kesehatan dari Puskesmas setempat juga telah melakukan pemeriksaan kesehatan korban banjir.Ketinggian air yang tergenang di rumah warga bervariasi, mulai 15 cm hingga 2 meter. Banjir tersebut selain karena curah hujan yang tinggi, juga bertepatan dengan pasang air tertinggi.Selain Muara Kaman, menurut Darmansyah, beberapa wilayah di Kecamatan Muara Muntai, Muara Wis, Kenohan, Kota Bangun dan Sebulu, air tidak naik juga tidak turun. Ketinggian air tetap, kecuali di Kecamatan Tabang dan Kembang Janggut, air sudah berangsur surut, sehingga tidak menggenangi rumah dan jalan.Air pasang tertinggi Sungai Mahakam, dalam tiga hari terakhir menggenangi jalan-jalan kota Tenggarong selama beberapa jam, di antaranya di kelurahan Panji, Baru, Melayu, Mangkurawang dan Timbau serta Kecamatan Tenggarong Seberang, Loa Kulu, dan Loa Janan."Tinggi genangan air pasang di jalan bervariasi antara 10 cm hingga 50 cm," katanya.Darmansyah kemudian menambahkan, pihaknya berterima kasih kepada pihak swasta dan siapa saja yang berpartisipasi memberi bantuan pada korban banjir di Tabang dan Kembang Janggut beberapa waktu lalu."Bagi perusahaan yang belum (membantu) kami imbau dapat berpartisipasi membantu warga yang masih terendam banjir. Mari kita bergandengan tangan meringankan beban korban banjir," ujarnya. (hmp03/wan/k8)</p> <p dir=ltr>Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android</p> </td></tr></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-6901377131437063312013-06-03T04:44:00.001+07:002013-06-03T04:44:11.439+07:00Pengendalian Banjir Sekadar Wacana, DPRD Samarinda, Desak Pemkot Segera Realisasikan Proyek<table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><p dir=ltr> Minggu, 2 Juni 2013<br> SAMARINDA – Banjir merupakan masalah yang kerap dihadapi warga Kota Tepian beberapa tahun belakangan. Masalah ini seakan tak pernah usai. Pihak yang mesti bertanggung jawab pun seolah lepas tangan. Tak hanya di kawasan perkotaan, lingkungan kampus seperti di Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan (FKIP) Unmul yang berada di kawasan Gunung Kelua ikut terendam banjir.Menanggapi hal tersebut, pengamat perkotaan Prof Dr Lambang Subagyo mengatakan, 24 persen dari 718 kilometer persegi luas wilayah di Kota Tepian merupakan daerah rawan banjir. Sedangkan 34 persen lainnya tergolong ‘agak’ aman dan sisanya merupakan kawasan perbukitan yang belum ditempati.“Sekadar diketahui, curah hujan rata-rata per tahun di ibu kota provinsi ini sebanyak 168 milimeter kubik. Banyak daerah aliran sungai dan kawasan tangkapan lainnya tak mampu menampung curah hujan di Samarinda yang cukup tinggi. Hal ini diperparah sistem drainase dan tata kota yang buruk. Itulah penyebab banjir, pemerintah mesti segera menyelesaikan,” ujarnya saat ditemui beberapa waktu lalu.Soal permasalahan banjir di FKIP Unmul, dia mengatakan, penyebabnya hampir sama dengan penyebab banjir pada umumnya. Dia pun mencoba memberikan beberapa solusi agar kampus pencetak para pahlawan tanpa tanda jasa ini tak lagi kebanjiran.“Ada beberapa solusi yang saya usulkan. Di antaranya membuat drainase baru sebagai sarana pembuangan air, mengaktifkan pompa air ketika banjir mulai menggenangi Unmul atau menambah tinggi setiap dataran rendah di kampus ini setinggi 25 cm,” bebernya. Sementara, Sekretaris Komisi III DPRD Kota Samarinda, Mursyid AR mengatakan, permasalahan banjir di Samarinda bisa teratasi apabila Pemkot tegas. Dia mengatakan, sejauh ini pemerintah yang dipimpin Syaharie Jaang lebih sering melempar wacana ketimbang merealisasikannya.“Omongan Pak Jaang itu tak bisa dipercaya karena banyak yang sekadar wacana. Kami mendesak agar beliau segera merealisasikan masalah penanggulangan banjir ini,” kata Mursyid. Dia mengungkapkan, sesungguhnya pihak DPRD telah membantu banyak, mulai menganggarkan dana hingga merancang payung hukum dalam bentuk Perda untuk menyelesaikan masalah ini. Sayangnya, kata Mursyid, Pemkot seolah tak mengindahkan semua iktikad baik dari DPRD Kota Samarinda tersebut. “Kami telah mengalokasikan dana dalam jumlah besar tapi kenyataannya dalam pelaksanaan masih banyak yang abal-abal,” ucapnya dengan nada kecewa.Untuk itu, dia mengatakan, dalam waktu dekat setelah APBD-P 2013 rampung, pihaknya akan membahas soal pengerukan sedimentasi di kawasan Sungai Karang Mumus. Dia juga menyebut, selain melakukan pengerukan, pihaknya juga menyiapkan dana untuk relokasi pemukiman warga di bantaran sungai. “Agar tak dibuat kecewa lagi, kami akan terus mengawasi proses pengerjaannya nanti,” kata Mursyid.Terpisah, Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang menolak disebut hanya bisa berwacana. Dia berujar, memang selalu ada hambatan yang membuat pihaknya tak bisa bergerak cepat. “Namun semuanya bisa diselesaikan. Soal pengendalian banjir pun kami telah bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Kaltim. Mereka mengerjakan soal fisik dan kami menangani masalah sosial seperti pembebasan lahan,” ujarnya. Untuk diketahui, Proyek fisik pengendalian banjir yang mendapat bantuan dana Rp 600 miliar dari Pemprov Kaltim, rupanya tak memperlihatkan progres maksimal.Meski demikian, orang nomor satu di jajaran Pemkot ini mengaku pihaknya sedikit terlambat menangani soal pembebasan lahan ini. Dia mengatakan, tak bisa sembarangan menyangkut persoalan lahan sebab akan berbuntut panjang jika tak sesuai aturan. Untuk itu, kata Jaang, pihaknya akan terus melakukan negosiasi agar lahan yang akan digunakan untuk proyek-proyek tersebut tak lagi bermasalah. Untuk diketahui, proyek fisik pengendalian banjir yang mendapat bantuan dana Rp 600 miliar dari Pemprov Kaltim, hingga kini tak memperlihatkan progres maksimal. Faktanya, banjir masih melanda setiap hujan mengguyur Kota Tepian. Dari bantuan tersebut, yang terserap kurang dari 20 persen.Meski demikian, orang nomor satu di jajaran Pemkot ini mengaku pihaknya sedikit terlambat menangani soal pembebasan lahan ini. Dia mengatakan, tak bisa sembarangan menyangkut persoalan lahan sebab akan berbuntut panjang jika tak sesuai aturan. (*/roe*/ril/wan/k7)</p> <p dir=ltr>Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android</p> </td></tr></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-57792284572761745182013-05-28T02:41:00.001+07:002013-05-28T02:41:39.921+07:00Sungai Mahakam Pasang Setinggi 2,4 Meter<table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><p dir=ltr>Tribun Kaltim - Senin, 27 Mei 2013 20:07 WITA<br> SAMARINDA, tribunkaltim.co.id - Pasang tinggi yang kembali terjadi di Sungai Mahakam membuat beberapa wilayah Samarinda kembali tergenang, Senin (27/5/2013). Genangan tampak di sekitar Jl Slamet Riyadi sekitar pukul 09.00.Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Samarinda, Sutrisno mengungkapkan, kondisi pasang di Sungai Mahakam mencapai puncaknya Senin dan Selasa (28/5/2013). "Hari ini dan Selasa besok pasang di Sungai Mahakam akan mencapai puncaknya, dan seterusnya berangsur surut," kata Sutrisno.Berdasarkan hasil perhitungan BMKG, pasang di Sungai Mahakam mencapai ketinggian 2,4 meter di pagi hari, dan sekitar 1,4 meter di malam hari. "Hari ini (kemarin), puncak pasang itu pukul 08.55 di pagi hari, dan pukul 21.02 malam hari. Sedangkan Selasa, puncaknya sekitar pukul 09.32 dan malamnya pukul 21.37. Sedangkan Rabu, itu sudah mulai surut dengan puncak pasang hanya 2,3 meter di pagi hari," beber Sutrisno.Kondisi pasang kali ini tergolong tinggi dari biasanya. Tak heran jika sebagian kawasan yang dilintasi Sungai Mahakam seperti Tenggarong, Kutai Kartanegara turut tergenang. Biasanya, puncak pasang tertinggi di Sungai Mahakam hanya berkisar 2,2 meter.Potensi banjir menjadi lebih tinggi jika hujan turun sebelum puncak pasang. Pasalnya, aliran air hujan akan tertahan akibat ketinggian air di Sungai Mahakam yang meningkat. "Kalau hujannya turun sebelum puncak pasang, potensi terjadi genangan atau banjir itu tinggi. Tapi kalau hujannya turun setelah puncak pasang, maka tidak berpengaruh. Seperti hari ini, kan malamnya hujan turun 27 milimeter. Meski curah hujan rendah, tapi terjadinya sebelum puncak pasang, makanya ada genangan," urai Sutrisno. (*)</p> <p dir=ltr>Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android</p> </td></tr></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-24223363419926321672013-05-26T13:24:00.001+07:002013-05-26T13:24:59.208+07:00Rencana, Dana, MeranaBanjir Bukan Takdir (4-Habis) <table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><p dir=ltr>Minggu, 26 Mei 2013 - 13:15:28|Utama|Dibaca : 113 <br> Kali Agenda telah disusun bertahun-tahun. Biaya sudah disediakan beratus-ratus miliar. Celaka, pemerintah yang tinggal menjalankan program pengendalian banjir malah loyo. SUHARDI dilanda kebimbangan tatkala mendatangi sebidang tanah miliknya di tepi rawa di RT 69, Kelurahan Sempaja Utara, Samarinda Utara. Dibeli beberapa tahun lalu, pria yang berencana tinggal di Perumahan Bengkuring itu sangat mendamba membangun rumah di atas tanah berukuran 10 meter x 20 meter. Sebuah kabar membuat pikiran pria itu goyah. Tiga tahun lalu, Dinas Pekerjaan Umum Kaltim datang ke RT 68 dan 69. Warga diberi sosialisasi pembangunan kolam retensi. Sejak lama, Perumahan Bengkuring menjadi permukiman terparah yang berteman dengan banjir. Genangan bisa setinggi satu meter lebih di kompleks yang dihuni ribuan kepala keluarga ini. Di situ, termasuk di tanah Suhardi, dua kolam akan dibangun. Masing-masing memiliki luas 10 hektare dan kedalaman tiga meter, kolam retensi diyakini akan mengusir banjir. Kepala Bidang Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum Kaltim, Rudy, menghitung kedua kolam dapat menampung 600 ribu meter kubik air. Nyaris setengah dari daya tampung Sungai Karang Mumus. Sebagian besar lahan untuk pembangunan kolam yang pembangunannya dibiayai APBD Kaltim ini masih lowong. Suhardi dan warga lain yang mendengar rencana proyek vital itu lekas menahan diri untuk tidak membangun rumah. Kepada Kaltim Post, Suhardi berkata, “Kami tahu ini penting bagi kemaslahatan warga Samarinda.” Berbondong-bondong warga mendatangi ketua RT. Mereka menyerahkan salinan surat kepemilikan tanah sebagai tanda setuju pembangunan proyek. “Katanya mau cepat dikerjakan. Waktu itu (2010) mereka sampai tiga atau empat kali ketemu saya,” jelas Lurah Sempaja Utara, Sukardi. Pria berkumis ini seperti tidak bergairah berbincang pembangunan kolam pengendali banjir. “Saya sudah malas menanggapi pembangunan itu. Malu dengan warga,” kata sang lurah ketika ditemui pekan lalu. Hingga sekarang, pembangunan tak lagi terdengar. Itu pula yang membuat Suhardi, salah seorang pemilik tanah, menjadi sangsi. Sempat menunda, dia akhirnya memutuskan pelan-pelan membangun rumah. “Kalau tidak dibangun, saya mau tinggal di mana?” Warga yang lain, Sutrisno, menambahkan sulit membangun kolam retensi dengan kondisi sekarang. Sudah banyak warga yang mendirikan rumah di lokasi pembangunan. Sama seperti Suhardi, Sutrisno juga membangun kediaman. Tanah miliknya persis di tepi rawa yang akan menjadi kolam pengendali banjir. "Padahal kalau semua warga sepakat, saya ikut saja," timpal Suhardi. Urusan harga, dia tidak terlalu mempermasalahkan. Tanah 10 x 20 meter dia beli Rp 100 juta. “Pemerintah tentu bisa memperkirakan berapa harga pembebasan lahan," tambahnya. Sementara Lurah Sukardi mengatakan, pada awal 2013, petugas dari Dinas PU Kaltim kembali datang. “Saya bilang kepada mereka, datangi (warga) sendiri saja,” ucap Sukardi. Proyek di Perumahan Bengkuring adalah satu dari antara puluhan pekerjaan pengendalian banjir Samarinda. Pemprov Kaltim telah mengalokasikan Rp 602 miliar dalam tiga tahun anggaran sejak 2011. Fulus sebesar itu masih terbengkalai, kebanyakan karena terkendala pembebasan lahan. Dari empat subsistem yang menerima kucuran, progres tertinggi baru di Karang Asam Besar dengan 44 persen. Secara akumulasi, pekerjaan yang seharusnya kelar akhir tahun ini belum menyentuh 30 persen. Pembebasan lahan yang terseok-seok oleh Pemkot Samarinda dituding sebagai penyebab nyaris Rp 500 miliar tak terserap. Keadaan ini sempat mendatangkan kekesalan Irianto Lambrie. Beberapa bulan lalu, ketika Penjabat Gubernur Kalimantan Utara itu masih Sekprov Kaltim, dia berkata, “Hanya karena masalah pembebasan lahan, baru 20 persen yang diserap. Ada Rp 480 miliar belum bisa dibelanjakan. Angka itu, lebih besar dari APBD Pinrang dan hampir sama dengan APBD Kota Batu.” Menghabiskan Rp 480 miliar ketika kontrak tahun jamak tersisa tujuh bulan seperti mustahil. Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mengaku sangat tidak puas atas progres proyek ini. “Saya sudah minta kepada Dinas PU untuk mengejar progres,” tegasnya. Kendala pembebasan lahan terjadi di mana-mana. Di Gunung Lingai, Kecamatan Sungai Pinang, pembangunan kolam retensi seluas 20 hektare sama sekali belum berjalan. Padahal menurut Dinas PU Kaltim, kolam yang dilengkapi pompa otomatis bisa melenyapkan banjir. “Seperti Jalan Juanda yang tak lagi tergenang ketika Polder Air Hitam berfungsi,” tutur Kepala Bidang Sumber Daya Air, Dinas PU Kaltim, Rudy. Untuk diketahui, tugas membebaskan lahan diemban Pemkot Samarinda. Pemkot-lah yang memiliki aparat camat hingga lurah. Sementara dana pembebasan tanah disiapkan Pemprov Kaltim. Provinsi telah menyuntik Rp 30 miliar pada 2012 untuk memuluskan tugas tersebut. “Tetapi belum digunakan sepeser pun. Belum ada lahan yang dibebaskan,” keluh Rudy. Menambah kepala bergeleng begitu mengetahui kinerja Pemkot membebaskan lahan. Di Gunung Lingai, baik lurah maupun camat mengaku belum mendengar rencana pembuatan kolam apalagi pembebasan lahan. “Kami belum menerima pemberitahuan. Jadi saya bingung mau jelaskan apa," ucap Lurah Gunung Lingai, Saripudin, saat ditemui di ruang kerjanya beberapa waktu lalu. Meski demikian, jika benar diperlukan 20 hektare lahan, aparat kelurahan siap bekerja. “Luas wilayah kami sekitar tiga ribu hektare dengan jumlah penduduk sekira 10 ribu. Kalau mau membangun kolam retensi, kami siap," ucapnya. Camat Sungai Pinang, Muhammad Fahmi, mengatakan hal senada. “Saya belum menerima pemberitahuan baik secara tertulis maupun lisan,” ucapnya. Dikonfirmasi lambannya pembebasan lahan, Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail membantah. “Pertama, kami belum match betul dengan anggaran multiyears. Proyek ini di berbagai lokasi. Perilaku masyarakat berbeda-beda sementara membebaskan lahan harus mengikuti aturan,” terangnya, belum lama ini. Salah satu lokasi yang sulit dibebaskan, terang Nusyirwan, adalah di Jalan Gelatik. Di tempat lain, pembebasan lahan bisa memakan waktu setengah tahun. *** SEBELAS tahun lalu, rencana besar penanganan banjir Samarinda tuntas disusun Pemkot Samarinda. Perlu Rp 3,4 triliun untuk menangani tumpah-ruah air dari subsistem --anak Sungai Mahakam yang mengalir di Samarinda-- Karang Mumus, Karang Asam Besar, Karang Asam Kecil, dan Samarinda Seberang. Ongkos yang melewati angka satu tahun APBD Samarinda itu dipakai untuk tiga kegiatan utama. Di daratan, drainase yang membuang air ke sungai ditingkatkan kapasitasnya. Supaya serangan air tak terlampau besar, dibangun pula bendali dan kolam retensi. Di perairan, anak Sungai Mahakam pun dinormalkan termasuk memasang pintu air. Sewindu, masterplan sebatas dokumen tanpa pelaksanaan. Ketersediaan dana menjadi pangkal persoalan. Wacana demi wacana menggelinding tentang sumber pembiayaan. Bermuara kepada keputusan APBN, APBD provinsi, dan APBD Samarinda yang menalangi. Dana pusat melalui Balai Wilayah Sungai Kalimantan III, Kementerian PU, menangani sungai-sungai utama. Sedangkan Pemprov Kaltim melalui Dinas Pekerjaan Umum Bidang Sumber Daya Air dan Pemkot Samarinda melalui Dinas Bina Marga dan Pengairan menangani anak sungai, sistem drainase, dan konservasi. Rencana sudah disuguhkan, begitu pula akhirnya dana. Pada 2010, Pemprov bersama DPRD Kaltim menyepakati program penanganan banjir Samarinda. Disediakan Rp 602 miliar yang meluncur di atas kontrak tahun jamak. Duit itu terbagi atas sistem Karang Mumus Rp 322 miliar, sistem Karang Asam Besar dan Loa Bakung Rp 44 miliar, sistem Karang Asam Kecil Rp 55 miliar, dan sistem Loa Janan dan Rapak Dalam (Seberang) Rp 181 miliar (penanganan banjir selengkapnya, silakan lihat infografis di Sambungan). Karang Mumus yang memiliki luas daerah aliran sungai 36 ribu hektare adalah yang terluas. Membicarakan banjir di Samarinda berarti berbicara Karang Mumus. Lebih dari setengah kawasan yang tergenang berhubungan dengan sungai ini. Dampak ketika sungai tak mampu menampung air bisa menyengsarakan ratusan ribu warga Samarinda. Dilihat dari kondisi dan lokasi, batang Sungai Karang Mumus dapat dibagi menjadi tiga. Pertama bagian hilir. Dua kilometer dari arah muara, penurapan telah selesai dan sungai memiliki lebar 45 meter. Sesungguhnya, program penurapan berjalan lambat. Dari panjang sungai 15 kilometer, baru dua kilometer yang berhasil diturap dalam 12 tahun terakhir. Masih di bagian hilir, menurut master plan pengendalian banjir, pertemuan air Karang Mumus dengan Sungai Mahakam harus dipisahkan. Untuk mencegah air masuk dari Mahakam ketika pasang, diperlukan pintu air. Pembangunan pintu air menjadi proyek paling mahal dengan perkiraan Rp 350 miliar. Anggaran untuk pintu itu pun belum tersedia. Bagian kedua adalah batang tengah sungai. Mulai batas penurapan hingga kampus Universitas Mulawarman di Gunung Kelua, Karang Mumus harus berhadapan dengan puluhan ribu manusia. Permukiman di tepi sungai dan dua pasar menambah berat beban bengawan. Kepala Bidang Sumber Daya Air, Dinas PU Kaltim, Rudy, menyebutkan titik terparah sungai yakni di belakang Pasar Segiri. Saban hari selama puluhan tahun, Karang Mumus menerima limbah pasar. Pendangkalan luar biasa membuat sungai lebih layak disebut parit. Dokumen rencana besar penanganan banjir Samarinda menyebutkan beberapa cara pengendalian limpasan di bagian ini. Dimulai dengan meminimalisasi perubahan fungsi lahan, menormalisasi saluran dan sungai, pembangunan kolam retensi, hingga pintu air dan rumah pompa. Dinas PU sedang menyiapkan lebih 20 pompa otomatis untuk mempersingkat genangan. Sedangkan konservasi berupa penghijauan menjadi bagian utama yang terus terkendala masalah sosial; memindahkan permukiman tepi sungai. Syahdan, Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang berencana membangun seribu rumah untuk meneruskan program relokasi. Bagian ketiga adalah hulu sungai yang dimulai kampus Unmul hingga Waduk Benanga. Di sini, musuh Karang Mumus lebih mengerikan. Pengupasan lahan dari aktivitas pertambangan dan perumahan mengirim sedimentasi yang luar biasa besar. Dinas PU Kaltim mencatat, 2.500 meter kubik material mengendap di dasar Karang Mumus setiap tahun. Hanya perlu 90 tahun untuk menimbun setengah dari panjang Karang Mumus yang 15 kilometer. Pada bagian ini, master plan menyebutkan, kondisi DAS yang rusak harus diperbaiki. Semua perbaikan memerlukan Rp 3,4 triliun. Namun, melihat kinerja pemerintah yang tidak maksimal setelah diberi “modal” Rp 602 miliar, banyak pihak dilanda ragu. Selain APBD, dana akan ditopang APBN. Hetifah Sjaifudian, anggota DPR asal Kaltim yang duduk di komisi infrastruktur, menyayangkan kinerja Pemkot Samarinda untuk urusan pembebasan lahan. Bertahun-tahun berjuang meloloskan anggaran pengendalian banjir ke pemerintah pusat, politikus Partai Golkar ini khawatir tidak diserapnya APBD menjadi titik nila. “Tentu pusat bisa berpikir ulang mengalokasikan APBN untuk pengendalian banjir Samarinda. Bila uang yang sudah tersedia saja tidak digunakan, bagaimana mau diberi tambahan dana,” ucapnya. Ya, meskipun dana dan rencana telah disiapkan, masyarakat tetap merana. Program pengendalian tak berjalan dan air tetap menggenang. Di Samarinda, banjir barangpasti bukan takdir. Tapi memiliki aparat negara yang lamban menuntaskan pekerjaan prioritas, barangkali itulah yang bisa disebut takdir.(tim kp/che/k1)</p> <p dir=ltr>Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android</p> </td></tr></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-51379257164349265862013-05-26T13:22:00.001+07:002013-05-26T13:22:39.285+07:00“Ada Presiden Saja Masih Banjir…”Banjir Bukan Takdir (3) <p class="mobile-photo"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-CvfIKm0GQkY/UaGqL66WI7I/AAAAAAAAAd4/urgHb6fFSJU/s1600/ada-presiden-saja-masih-banjir-759286.jpeg"><img src="http://1.bp.blogspot.com/-CvfIKm0GQkY/UaGqL66WI7I/AAAAAAAAAd4/urgHb6fFSJU/s320/ada-presiden-saja-masih-banjir-759286.jpeg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5882169710091838386" /></a></p><table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><p dir=ltr>Sabtu, 25 Mei 2013 - 08:54:01<br> CONTOH PUSAT: Jaang menganalogikan banjir di Jakarta. Dia menyebut, ada presiden tinggal di sana saja, Jakarta masih kebanjiran.(dok/jp) Sudah 13 tahun Syaharie Jaang menjadi bagian dari pemimpin kota. Sedasawarsa sebagai wakil wali kota dan tiga tahun ini menjadi wali kota.SEPANJANG itu pula, banjir di Samarinda seperti nyaris tak tersentuh tanda-tanda perbaikan. Kecuali di beberapa tempat seiring beroperasinya Polder Air Hitam dan Voorvo. Namun demikian, Jaang menegaskan Pemkot bukan tanpa usaha. Tahun ini sudah ada beberapa agenda penanganan banjir yang masuk pos anggaran. Di antaranya pengadaan mesin penyedot lumpur dan ekskavator amfibi untuk mengeruk Sungai Karang Mumus.Faktor pembukaan lahan yang tak ramah lingkungan, diakui Jaang sebagai momok besar penyebab banjir. Namun, sebagai kota berkembang, Jaang tak kuasa menghadapi godaan raksasa berinvestasi di Samarinda. Dia membeberkan, 15 besar orang terkaya di Indonesia mulai melirik Samarinda sebagai tempat berinvestasi. Berikut petikan wawancara Kaltim Post dengan Wali Kota tentang banjir yang tak pernah pergi dari Kota Tepian. Pandangan Anda tentang banjir di Samarinda?Ya, banyak faktor. Mulai curah hujan tinggi sampai masalah pengelolaan. Kami evaluasi terus apa yang harus kami perbaiki. Kami juga tak memungkiri ada masalah lingkungan. Akan kami perbaiki semua. Paling tidak meminimalisasi.Ada juga persoalan karena kebijakan dan pengawasan yang kurang. Saat ini terus kami perbaiki. Banjir karena faktor cuaca, kondisi alam, juga kami upayakan diminimalisasi meski tak bisa dibereskan sama sekali. Misalnya hujan tiga jam, bagaimana kami bisa membuat jadi satu jam.Itu kan tidak sederhana. Jakarta saja tidak gampang menghadapi hal seperti ini. Tapi jika ada kebijakan staf saya yang tidak benar, tidak mengamankan kebijakan Wali Kota lalu mengambil kebijakan sendiri, itu harus dibenahi. Penanganan banjir seperti selalu kalah cepat dengan aktivitas penyebab banjir misalnya pembukaan lahan…Samarinda ini kota besar dan menuju metropolitan. Saya baru bertemu bos-bos besar. Saya bertemu Hary Tanoesoedibjo, Pak Lim, dan saya ketemu Ibu Icih Nursalim. Orang-orang yang masuk 15-30 besar terkaya di Indonesia ini melirik Samarinda. Mulai properti sampai retail. Mereka semua tertarik.Nah, masyarakat perlu tempat tinggal. Tidak bisa tidak karena kota kita ini besar. Di satu sisi memang bertolak belakang dengan keinginan. Kita ingin kota ini maju menjadi kota metropolitan tapi di sisi lain kita menghalangi orang tinggal di kota kita. Membatasi orang membangun rumah, membatasi pengembang masuk. Saya pikir tidak bisa juga begitu. Pengembang juga menyerap tenaga kerja. Itu nilai plusnya, multiplier effect yang kami harapkan. Sesungguhnya, seberapa besar perhatian Pemkot menangani banjir?Kami sangat serius. Saya lupa persentasenya. Bantuan dari Pemprov banyak, dari Pemkot juga banyak. Tahun ini kami mendatangkan mesin penyedot lumpur. Saya sedang mempersiapkan pengadaan ekskavator amfibi yang bisa berenang di Sungai Karang Mumus. Dump truck kami tambah. Semua kami tambah.Tapi, jika hujan selama tiga-empat jam dan kemudian banjir, wartawan jangan menulis Wali Kota tidak serius menangani banjir. Di Jakarta saja ada Presiden, Menteri PU, ada Kedutaan Besar Belanda, bahkan Istana Negara, masih banjir. Pemprov-Pemkot telah melakukan kajian. Perlu lebih Rp 3 triliun untuk mengatasi banjir di Samarinda. Bagaimana upaya Pemkot memenuhi kebutuhan itu?Pemprov dan APBN akan membantu. Kami mengevaluasi dan meredesain master plan penanganan banjir. Tapi yang tak kalah penting, obsesi kami besar; saya mau memindahkan orang yang tinggal di Karang Mumus.Sungai itu akan menjadi parit besar di dalam kota. Insya Allah tahun depan kami bangun seribu rumah untuk program relokasi ini. (*/bby/fel/k1/bersambung)</p> <p dir=ltr>Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android</p> </td></tr></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-9624484996719210232013-05-24T19:13:00.001+07:002013-05-24T19:13:22.940+07:00Menggali-gali di Hulu, Tenggelam Kemudian Jumat, 24 Mei 2013 <table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><p dir=ltr>HAMPARAN tanah di Samarinda Utara menjadi pigura seburuk-buruknya pengelolaan kota. Tempat sungai bermula itu justru dihancurkan tangan manusia.Pangkal Sungai Karang Mumus telah dikepung kuasa pertambangan batu bara dan perumahan. Badan Perizinan Terpadu Satu Pintu Samarinda menyebutkan, saat ini 29 izin perumahan baru diterbitkan sejak 2012 hingga April 2013.Sementara di Waduk Benanga, menurut catatan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim, dikepung delapan izin tambang batu bara. Luas konsesi kedelapannya mencapai 14.092 hektare. Nyaris sekeliling Benanga distempel izin tambang kecuali Kebun Raya Unmul Samarinda.KRUS menjadi satu-satunya penyerap air. Luasnya cuma 300 hektare. Padahal untuk daerah aliran Sungai Karang Mumus yang 36.000 hektare, diperlukan 30 persen atau 10.800 hektare daerah tangkapan air. Benanga dan Karang Mumus kekurangan 10.500 hektare kawasan hijau.“Perlu hamparan hutan yang luas yang tak mungkin lagi ada di Samarinda,” tutur pakar hidrologi dari Universitas Mulawarman, Profesor Sigit Hardwinarto.Lagipula, sejumlah tempat tangkapan air juga telah menjadi belantara beton. Di Jalan PM Noor dan Jalan DI Panjaitan, ribuan rumah telah berdiri. Dibangun pengembang kelas elite hingga teri.Rawa-rawa sebagai polder alami pun musnah di Kota Tepian. Sebelum kompleks Stadion Madya Sempaja berdiri, kawasan di Jalan KH Wahid Hasyim ini adalah tanah paya. Ketika polder alami itu ditimbun, air menuju Sungai Karang Mumus tanpa singgah sana-sini. Sungai yang tak mampu menampung meluberkan air ke mana-mana.“Ada yang salah dengan tata kelola kota ini. Hulu sungai yang semestinya dijaga justru jadi arena penjualan izin,” ucap Dinamisator Jatam Kaltim Kahar Al Bahri. Endapan di Waduk Benanga yang begitu hebat, terangnya, barang pasti akibat pembukaan lahan.“Sudah pasti pertambangan batu bara dan pembangunan perumahan yang tak sesuai prosedur,” jelas dia. Bukan hanya mengupas lahan tanpa menyiapkan kolam penampung, lahan yang tak direklamasi menambah parah situasi. Pengawasan terhadap kedua kegiatan itu juga dipastikan sangat lemah. Kegiatan gali-menggali tanah baik dari pertambangan maupun perumahan, dituding Jatam menjadi penyebab sedimentasi.“Saya yakin, sepanjang pengupasan lahan tak dihentikan, banjir selalu datang. Percuma saja Rp 600 miliar untuk menormalisasi sungai dan drainase, tetapi pengupasan terus berjalan. Pekerjaan sia-sia,” tambah pria yang akrab disapa Ocha. Dia menyinggung dana proyek penanganan banjir yang dianggarkan APBD Kaltim.“Parahnya, pemerintah di kota ini tak mau tahu bahwa lingkungan kita sudah sekarat,” cibirnya.Dituding sebagai pengupas lahan yang mendangkalkan Waduk Benanga, Ketua Asosiasi Pengusaha Batu Bara Samarinda (APBS) Eko Prayitno membantah. Telunjuk APBS justru mengarah kepada pengembang sebagai penyumbang banjir terbesar. Lokasi para developer beraksi dituding terlampau dekat perkotaan.Eko mencontohkan banjir di Jalan Lambung Mangkurat dan Sempaja yang masih sejalur dengan Waduk Benanga. Tak ada perusahaan tambang di situ. Dengan kata lain, pembukaan lahan oleh pengembang memberi dampak besar. Meski demikian, Eko mengakui jika kawasan tambang berpusat di pinggir kota seperti utara Samarinda.Eko juga mengklaim para penambang cenderung memperhatikan lingkungan. Menghindari limpasan air ke permukiman, area tambang pasti memiliki kolam retensi. Meskipun diakui tak semua penambang memenuhi peraturan.Ketika menjadi yang paling tertuduh sebagai penyebab banjir, para pembangun perumahan serempak menggeleng. Penolakan diwakili oleh Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Kaltim, Susianto.Dia mengatakan, bukan pengembang yang menjadi aktor tunggal. REI justru meminta pemerintah mengkaji penyebab sebenarnya.“Mungkin saja aktivitas perumahan salah satu penyebabnya. Namun tak sepenuhnya salah kami. Kegiatan tambang batu bara atau sistem drainase yang buruk juga ambil bagian,” kata Susianto ketika ditemui Kaltim Post.Dia menjelaskan, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan perumahan hanya sementara saat lahan dibuka. Setelah membangun, pengembang akan mengikuti aturan.“Harusnya saat ini bukan mencari siapa yang salah tapi mencari solusi. Kami bersedia bertanggung jawab jika kesalahan memang di pihak kami. Saya dan anggota REI tak akan lari,” tegasnya.Susianto pun mengaku keberatan jika ada anggota REI yang dicap pengembang nakal. Di Samarinda, pemerintah dan pengembang seakan tak memiliki pemikiran sejalan soal visi dan misi yang dituju untuk pembangunan kota.“Ambil contoh di Balikpapan. Pemerintah dan pengembang sangat kompak. Mereka sepaham soal pengembangan daerah. Pemkot memberi aturan dan rambu-rambu yang jelas. Pengembang pun senang hati mengikuti. Tak sekadar membuat peraturan, pengawasan lebih teratur di sana,” katanya.Berkaca kepada Balikpapan pula, meskipun pembangunan perumahan nyaris sama masif dengan Samarinda, tetapi banjir, sedimentasi, dan limpasan air, jauh berbeda.Dan, keadaan terus berlanjut. Ketika pengembang dan penambang saling tuding, masyarakat Samarinda tetap merasakan dampaknya. Seperti kata Ocha dari Jatam Kaltim, seberapa pun kuat penanganan banjir, tanpa penghentian pembukaan lahan di hulu sungai, genangan tetap datang.“Gali-menggali di hulu, tenggelam kemudian. Kota ini seharusnya Kota Tepian, bukan Kota Genangan,” sindir Ocha.(fel/*/bby/*/roe/che/k1)</p> <p dir=ltr>Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android</p> </td></tr></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-43988461315852522042013-05-24T19:09:00.001+07:002013-05-24T19:09:17.487+07:00Mencegah Bencana yang SempurnaBanjir Bukan Takdir (1) Kamis, 23 Mei 2013 - 08:48:03<p class="mobile-photo"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-5BcPOFXzCQU/UZ9YbVnbvVI/AAAAAAAAAdo/Fx3wqJEMooE/s1600/mencegah-bencana-yang-sempurna-757488.jpeg"><img src="http://2.bp.blogspot.com/-5BcPOFXzCQU/UZ9YbVnbvVI/AAAAAAAAAdo/Fx3wqJEMooE/s320/mencegah-bencana-yang-sempurna-757488.jpeg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5881516865051409746" /></a></p><table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><p dir=ltr>Diserbu permukiman dan pengupasan lahan, Sungai Karang Mumus kian sekarat. Tanpa sebuah gerakan besar, Samarinda akan terus diancam tragedi mengerikan; sebuah bencana yang sempurna. HUJAN jatuh tanpa ampun dari langit Samarinda. Di dalam mobil, Rita Widyasari berkali-kali melirik gelisah arlojinya. Nyaris dua jam, Bupati Kutai Kartanegara itu hanya menatap genangan dari balik kaca jendela.Sore, Selasa, 22 Maret 2013 lalu, banjir mengepung di perempatan Jalan Pangeran Antasari-Jalan Juanda, Samarinda. Melahirkan kemacetan panjang, Rita terjebak di dalamnya. Janji temu dengan Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Kaltim Sri Haryoso pun terancam lalai.Pukul empat sore itu, Rita semestinya sudah di kantor auditor negara untuk menyerahkan laporan keuangan Pemkab Kukar. Bupati perempuan satu-satunya di Kaltim ini pergi dari Tenggarong, Kukar, sekitar pukul tiga siang tanpa pengawalan. Namun karena benar-benar terjebak, dia memutuskan meminta bantuan kepolisian untuk “membuka jalur”.Menuju kantor BPK di Jalan M Yamin, Rita menerobos banjir. Di perempatan Mal Lembuswana, dia sempat menyaksikan seorang perempuan yang terjatuh dari sepeda motor kemudian terendam.“Beberapa orang menolong perempuan itu,” tutur Rita ketika menceritakan pengalaman menerjang banjir kepadaKaltim Post. Dia mengaku stres berat berjam-jam tak bergerak karena kemacetan. Menuju magrib atau dua jam terlewat dari janji, Bupati baru sampai di kantor BPK. Saat itu, cerita Rita, Kepala BPK bisa memaklumi mengingat banjir sudah seringkali menyusahkan.Sebagai ibu kota, Samarinda menjadi pusat pemerintahan yang sering didatangi kepala daerah dari penjuru kabupaten/kota. Jika seorang kepala daerah saja harus terjebak banjir, kesusahan ratusan ribu warga Samarinda bisa terbayangkan. Banjir di Kota Tepian disebut sudah begitu akut. Jangankan di kala hujan, cukup dengan air pasang, terjangan air bisa datang. Meminjam catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kaltim, intensitas banjir di Samarinda adalah yang tertinggi dari seluruh daerah di Kaltim. Pada 2012 lalu, dari 123 musibah banjir di 12 kabupaten kota, setengahnya atau 69 kali terjadi di Samarinda.Angka ini bertambah dibanding 2011 yang hanya 65 kali banjir di ibu kota provinsi. Masih dari data BPBD, Samarinda telah diterjang 260 banjir sejak 2009 hingga sekarang. Itu berarti, dalam setahun, warga kota ini melewati dua bulan dengan hidup bersama genangan.Kesusahan itu sebagian besar datang dari ketidakmampuan Karang Mumus menyandang predikat sungai. Memang ada bengawan lain yang turut mengimbaskan banjir seperti Karang Asam Besar, Karang Asam Kecil, dan beberapa di Samarinda Seberang. Namun, Karang Mumus tetap yang terbesar. Daerah alirannya mencakup lebih dari luas setengah kota.Membelah Samarinda, Sungai Karang Mumus seharusnya adalah drainase alam yang menyalurkan air ke Sungai Mahakam. Tetapi kesanggupan itu lambat laun berkurang. Beberapa dasawarsa hidup berdampingan bersama manusia, sungai mulai sekarat.Sigit Hardwinarto, guru besar Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman, membeberkan perhitungan seberapa mampu drainase alam ini menampung air. Karang Mumus yang sepanjang 15 kilometer memiliki lebar 45 meter di hilir yang telah diturap. Di bagian tengah batang sungai, lebarnya tersisa 15 meter dan terus berkurang menuju hilir. Dengan kedalaman rata-rata tiga meter, volume Karang Mumus hanya mampu menampung 900 ribu meter kubik air.Waduk Benanga di hulu menambah daya tampung. Data Balai Wilayah Sungai Kalimantan III, Kementerian Pekerjaan Umum, mencatat luas Benanga menyusut tajam dalam 15 tahun terakhir. Pada 1997 luas waduk 103 hektare dengan kedalaman rata-rata lebih dari tiga meter. Kini, bagian yang memiliki kedalaman tiga meter tersisa 11 hektare. Benanga pun diperkirakan hanya mampu menampung 330 ribu meter kubik air.Dari situ, Sigit yang juga ketua Forum Daerah Aliran Sungai Kaltim mendapati bahwa volume di sistem Karang Mumus adalah 1,2 juta meter kubik. Untuk mengetahui kemampuan sungai sebagai drainase alam, Sigit lantas mereken debit air hujan yang tumpah ke DAS.Pakar hidrologi ini menggunakan formula debit air permukaan. Perhitungan yang tidak terlalu rumit karena cukup memakai rumus empiris Q=0,0028.C.I.A. Adapun Q adalah debit air permukaan (meter kubik per detik), C yaitu koefisien aliran permukaan, I tak lain intensitas hujan (mm/jam), dan A adalah luas DAS (hektare).Intensitas hujan, menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Samarinda yang diperoleh Balai Wilayah Sungai selama 10 tahun terakhir adalah 30 milimeter per jam. Sementara luas DAS Karang Mumus, menurut data Forum DAS Kaltim 36 ribu hektare atau lebih dari setengah luas Samarinda.Terakhir, menentukan koefisien aliran permukaan. Koefisien ini bernilai 0 hingga 1. Semakin mendekati 1 berarti tanah tidak mampu menyerap air lagi seperti lapisan cor dan aspal. Semakin mendekati nol, berarti kemampuan tanah menangkap air makin bagus. Contohnya daerah resapan air dan kawasan terbuka hijau.Sigit memperkirakan, kemampuan resapan tanah di DAS Karang Mumus sudah sangat lemah. Namun demikian, untuk perhitungan aman, dia mengambil angka tengah yakni 0,5.“Walaupun saya meyakini nilainya bisa lebih dari 0,6. Artinya kemampuan tanah menahan air sudah sangat minim di Samarinda khususnya DAS Karang Mumus,” terang Sigit. Banyaknya lahan terbuka karena permukiman, perumahan, dan tambang, menjadi contoh yang paling mudah diamati.Saat ini, daerah resapan DAS Karang Mumus hanya tersisa di Kebun Raya Unmul Samarinda dengan luas 300 hektare. Tak sampai 1 persen dari luas DAS. Padahal idealnya, menurut undang-undang, daerah resapan sungai minimal 30 persen luas DAS.Dengan nilai C yang 0,5, kemudian intensitas hujan 30 mm/jam, dan luas DAS 36 ribu hektare, lengkap sudah formula Q=0,0028 C .I.A. Maka debit air permukaan ketika hujan yang menuju Karang Mumus adalah 1.512 meter kubik per detik atau 90 ribu meter kubik per menit.Seberapa besar itu? Jika dikonversi ke dalam liter, 90 ribu meter kubik sama dengan 90 juta liter. Berarti kala hujan merata di daerah aliran sungai, Karang Mumus diterjang air setara dengan yang ditampung 9.000 tangki berkapasitas 10 ribu liter yang penuh dengan sedimen. Bayangkan tumpahan sembilan ribu tangki pengangkut solar yang sering melintasi jalan di Samarinda itu.Dari sini dapat dihitung berapa masa yang diperlukan hujan untuk memenuhi Karang Mumus dan Benanga. Dengan kapasitas sungai 1,2 juta meter kubik, hanya perlu 13 menit bagi air hujan menyerbu Karang Mumus dan membuatnya penuh. Durasi 13 menit akan lebih panjang mengingat ada rentang waktu air dari daratan menuju sungai. Begitu pula karena ada pengurangan air di muara yang keluar ke Mahakam.“Jika Karang Mumus sudah penuh, air pasti meluber ke mana-mana dan terjadi banjir. Ini diperburuk dengan drainase menuju sungai yang belum memadai,” paparnya.Keadaan bertambah buruk ketika pasang laut berimbas ke Sungai Mahakam. Di muara Karang Mumus, air tak bisa keluar karena ketinggian Mahakam naik. Hujan yang semestinya sebuah berkah menjadi bencana dan pasang air laut menyahihkan formula yang dihitung Sigit tadi.Adapun skenario terburuk ketika para “aktor antagonis” tadi bersatu. Para pemeran yang siap beraksi itu adalah ancaman waduk Benanga jebol, sedimentasi parah di sepanjang Karang Mumus karena terus dibukanya lahan, intensitas hujan tinggi kala air pasang, ditambah sedikit peran figuran dari pemanasan global.Jika semua itu guyub di satu panggung, diyakini skenario lebih buruk dari peristiwa 1998 bakal terulang. Ketika itu, warga kota merasakan kengerian Waduk Benanga yang jebol. Menenggelamkan nyaris seluruh Samarinda.Pada saat peristiwa yang paling menakutkan itu terulang, meminjam judul sebuah miniseri televisi Amerika, kombinasi seluruh faktor tadi bisa mengundang Perfect Disaster. Bencana yang sempurna di Kota Tepian andaikata tiada perbaikan sedari sekarang. (tim kp/che/k1)</p> <p dir=ltr>Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android</p> </td></tr></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-31317728350592795682013-05-24T19:06:00.000+07:002013-05-24T19:07:02.011+07:00Karang Mumus Lenyap Seabad Lagi Kamis, 23 Mei 2013 - 08:42:13|<p class="mobile-photo"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-TETWXHKMf4U/UZ9X5v-A99I/AAAAAAAAAdc/aaR3fnFbjPw/s1600/karang-mumus-lenyap-seabad-lagi-722012.jpeg"><img src="http://4.bp.blogspot.com/-TETWXHKMf4U/UZ9X5v-A99I/AAAAAAAAAdc/aaR3fnFbjPw/s320/karang-mumus-lenyap-seabad-lagi-722012.jpeg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5881516288009893842" /></a></p><table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><p dir=ltr>TUDINGAN langsung mengarah kepada aktivitas yang disebut-sebut mengupas lahan begitu hebat di Samarinda. Kegiatan yang membuat limpasan masuk ke Sungai Karang Mumus tanpa hambatan dan membawa sedimen. Sungai yang sudah dangkal pun tak mampu menampung. Air meluber-luber, menebar teror kepada seluruh warga kota.Dua aktivitas itu adalah pertambangan batu bara dan pembangunan perumahan. Kegiatan tersebut dianggap memakai fungsi DAS Karang Mumus terutama di bagian hulu di Samarinda Utara. Diperparah pula permukiman di sepanjang sisi sungai. Limbah dari dua pasar turut menyengsarakan dasar kali.Pembukaan lahan tetap dianggap sebagai penyebab utama. “Ketika tanah tak mampu menjadi penahan air, barang tentu ada lahan yang terbuka. Saya tak ingin menuduh aktivitas apa penyebabnya. Tetapi luas pengupasan lahan (di Samarinda) sudah begitu besar,” ucap Kepala Bidang Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum Kaltim, Rudy.Pemerintah bukannya diam. Rencana besar penanganan banjir Samarinda telah selesai disusun sebelas tahun lalu. Dalam master plan penanganan banjir, diperlukan Rp 3,4 triliun untuk memperbaiki beberapa anak Sungai Mahakam yang mengalir di Samarinda. Anak sungai itu terbagi dalam empat subsistem yakni Karang Mumus, Karang Asam Besar, Karang Asam Kecil, dan Samarinda Seberang. Adapun subsistem Karang Mumus menjadi yang paling besar karena mencakup hampir setengah luas Samarinda.Ongkos yang melewati angka setahun APBD Samarinda itu dipakai untuk tiga kegiatan utama. Di daratan, drainase yang membuang air ke sungai ditingkatkan kapasitasnya. Supaya “serangan” air tak terlampau besar, dibangun pula bendali dan kolam retensi. Di perairan, anak Sungai Mahakam pun dinormalkan termasuk memasang pintu air.Pada 2010, Pemprov bersama DPRD Kaltim menyepakati program penanganan banjir Samarinda. Disediakan Rp 602 miliar yang meluncur di atas kontrak tahun jamak. Duit itu terbagi atas sistem Karang Mumus Rp 322 miliar, sistem Karang Asam Besar dan Loa Bakung Rp 44 miliar, sistem Karang Asam Kecil Rp 55 miliar, dan sistem Loa Janan dan Rapak Dalam (Seberang) Rp 181 miliar.Namun demikian, menurut pandangan Profesor Sigit Hardwinarto, proyek seperti pembangunan drainase, kolam retensi, dan normalisasi sungai yang hanya di beberapa titik, hanya bersifat “cuci piring.” Bukan pemungkas masalah.Ketika kolam dan drainase dibangun, lalu sungai dikeruk, sedimentasi tetap datang. Endapan tanah lumpur lahir dari lahan yang terkelupas di penjuru DAS Karang Mumus.Rudy, kepala Bidang SDA, Dinas PU Kaltim, mencatat 2.500 meter kubik material mengendap di dasar Karang Mumus setiap tahun. Dengan besar sedimentasi segitu, hanya perlu 90 tahun untuk menimbun setengah dari panjang Karang Mumus yang 15 kilometer.Hal itu diakui Eko Wahyudi dari manajemen konsultan penanganan banjir Samarinda. Banjir datang dari aktivitas yang tak sesuai prosedur. Ketika pengupasan lahan, penambang maupun pengembang seharusnya menyiapkan kolam penampungan sementara. Ketika hujan, air sementara masuk ke kolam. Setelah drainase di dalam kota normal, baru air tadi dilepas menuju kota untuk dikirim ke Karang Mumus.“Bila pengupasan lahan yang tak terkendali berlangsung terus, kita tidak akan tahu apakah penanganan banjir yang sekarang akan tetap berfungsi lima atau sepuluh tahun lagi,” tuturnya, diamini oleh Rudy.Kaltim Post menelisik, pembukaan lahan begitu hebat berlangsung di Kecamatan Samarinda Utara dan Sungai Pinang. Secara umum, DAS Karang Mumus dibagi menjadi tiga bagian yang memiliki karakteristik berbeda. Di hulu yakni Kecamatan Samarinda Utara dan Sungai Pinang, pengupasan lahan mengiringi mulai kampus Universitas Mulawarman di Gunung Kelua hingga Waduk Benanga. Kuat dugaan, tanah dibiarkan terbuka untuk keperluan perumahan dan pertambangan.Data Badan Perizinan Terpadu Satu Pintu Samarinda menyebutkan, saat ini 29 izin perumahan baru yang diterbitkan sejak 2012 hingga April 2013.Sementara Dinas Pertambangan melansir, terdapat 76 izin usaha pertambangan dengan luas konsesi 70 persen luas kota. Samarinda Utara di mana Karang Mumus berhulu, menjadi penumpu dua kegiatan tersebut.Sayangnya, Pemkot tak memiliki data luas dan di mana saja bukaan lahan akibat kedua aktivitas tadi. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Samarinda mengaku tak mencatatnya.“Kami tidak punya,” kata Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Konservasi SDA, BLH Samarinda, Tumar Effendy, ketika ditemui Kaltim Post.Namun demikian, pengupasan lahan telah lama mengganggu pikiran Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail. Baru-baru ini, dia melontarkan pernyataan pelarangan pembangunan perumahan baru di Jalan Pangeran Suryanata dan Samarinda Utara. Pembangunan perumahan diarahkan ke kawasan Samarinda Seberang dan Palaran.Bahkan Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang menegaskan hal tersebut. "Selama ini kita tidak terpikir. Orang selalu bilang tambang, tambang. Tapi kalau tidak salah, ada 80 lokasi pengembang di Samarinda. Ada yang 20 hektare, ada yang 100 hektare," ucapnya kepada sejumlah media lokal.Pemangku kekuasaan patut gelisah. Kawasan hijau yang minim memperparah sedimentasi di Karang Mumus. Luas ruang terbuka hijau Samarinda hanya 9 persen dari luas kota. Padahal dalam Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Lahan Terbuka Hijau, RTH minimal 30 persen.Profesor Sigit bahkan mengatakan, daerah resapan air Karang Mumus kurang dari satu persen. “Hanya di Kebun Raya Unmul yang 300 hektare itu,” ucapnya.Sigit memberi kesimpulan, bila saja Pemkot tegas memperhatikan penerbitan izin, sistem drainase diperbaiki, Karang Mumus dinormalisasi, dan masyarakat peduli kebersihan, banjir bisa teratasi. Perlu semangat dan gerakan besar. Dari situ Sigit meyakini, banjir bukan sebuah takdir. (tim kp/che/k1)</p> <p dir=ltr>Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android</p> </td></tr></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-38454308245839267762013-05-24T19:03:00.001+07:002013-05-24T19:03:13.414+07:00Karang Mumus II dari BenangaBanjir Bukan Takdir (2) Jumat, 24 Mei 2013 - 09:32:27<p class="mobile-photo"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-QTGRTWNHtF0/UZ9XAuDF2cI/AAAAAAAAAdM/M6hLKyBANnk/s1600/karang-mumus-ii-dari-benanga-793414.jpeg"><img src="http://1.bp.blogspot.com/-QTGRTWNHtF0/UZ9XAuDF2cI/AAAAAAAAAdM/M6hLKyBANnk/s320/karang-mumus-ii-dari-benanga-793414.jpeg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5881515308241770946" /></a></p><table cellspacing="0" cellpadding="0" border="0"><tr><td valign="top"><p dir=ltr>Waduk Benanga tak hanya hulu Sungai Karang Mumus. Bendungan juga menjadi hulu masalah banjir Samarinda. Satu dekade terakhir, 90 persen luas dam lenyap karena sedimentasi. MENAPAKI pematang, Budi Wiyono bersama kawan-kawan bergegas menuju tanah datar di seberang sawah. Anak-anak transmigran Desa Benanga, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, itu selalu datang ke tanah datar seberang sawah untuk bermain bola. Kebiasaan 35 tahun lalu itu masih jelas terekam di benak Budi.“Seratus meter dari tempat kami bermain bola, ada kolam kecil, juga sungai,” tutur Budi Wiyono.Pria yang kini berusia 46 tahun itu tak pernah membayangkan hamparan sawah, kolam, dan sungai tempat dia bermain dulu, sekarang menjadi rawa. Tempat yang menyimpan memori masa kecilnya sirna ketika pembangunan bendungan Benanga selesai.Desa di sekeliling Benanga merupakan kawasan transmigrasi. Pada awalnya, cerita Budi, sekitar 100 kepala keluarga dikirim pemerintah dari Malang dan Lumajang, Jawa Timur. Setiap kepala keluarga dijatah tanah 25 x 100 meter untuk membangun rumah plus sehektare sawah.“Kalau mau sawah lebih luas bisa menebas rumput lagi di belakang daerah tanah jatah itu,” ujar Budi yang juga ketua RT 30 di kelurahan tersebut.Koloni transmigran ini dikenal sebagai sentra pertanian. Setiap tahun selalu panen raya. Para petani di sekeliling Benanga bisa menuai padi dan sayur-mayur, bahkan sampai sekarang. Kendati, produksi sudah tak setinggi dulu ketika masa jaya dengan hasil 4-5 ton padi per hektare.Tak jauh dari hamparan padi, kolam raksasa berisi jutaan meter kubik air selalu siap mengaliri ratusan hektare sawah. Semesta turut menjaga keteduhan danau yang sangat penting bagi para petani. Kawasan penyerap air masih terhampar luas hingga ke Sungai Siring, Samarinda Utara, menjadi penahan sedimentasi. Pemanasan global pun belum seberapa.Waduk Benanga pada dekade 1970 dan 1980 juga sangat vital bagi Samarinda. Menjadi pemalang pertama sebelum air menerobos Sungai Karang Mumus di tengah kota, bendungan berfungsi dengan baik. Pada masa lalu, Benanga yang awalnya dibangun untuk irigasi, juga menjadi dam penangkal banjir.”Jika dianalogikan sebagai tubuh manusia, Waduk Benanga adalah jantung Sungai Karang Mumus. Di sana air dari hulu ditampung sebelum mengalir melewati sungai yang membelah kota,” ulas ahli hidrologi dari Universitas Mulawarman, Sigit Hardwinarto. Dua per tiga air di sistem Karang Mumus seharusnya tersimpan di Benanga.Masa emas yang mengundang suka-cita petani itu makin lengkap ketika bendungan selesai dibangun pada awal 1980-an. Pintu kanan bendungan difungsikan untuk irigasi sawah ke Desa Giri Rejo yang letaknya sebelum Desa Benanga.Tapi masa jaya itu sisa cerita. Ketika otonomi daerah datang, ribuan hektare izin pertambangan terbit di Samarinda. Di hulu Sungai Karang Mumus, sebelah utara dan timur Benanga, sejumlah izin usaha pertambangan batu bara terbit. Bukan hanya pemerintah kota yang mendapat kewenangan setelah era otonomi, bahkan pemerintah pusat turut serta. Bertajuk Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) malah lebih luas dari izin terbitan pemerintah daerah.Perkembangan kota yang pesat ikut menggangsir lahan di utara Samarinda. Puluhan ribu rumah berdiri di daerah aliran Sungai Karang Mumus. Fungsi DAS sebagai penyerap air telah bersalin seiring pertambahan penduduk. Bisnis properti menjamur.Akibatnya bisa ditebak. Menukil data Balai Wilayah Sungai Kalimantan III, Kementerian Pekerjaan Umum, Waduk Benanga memiliki luas 103 hektare pada 1997. Namun sedimentasi yang ditimbulkan pengupasan lahan di hulu sungai membuat luasnya jauh menyusut.Sepanjang 15 tahun terakhir, pada rentang masa ketika jemari bisnis pertambangan dan perumahan mengeruk banyak lahan, luas Benanga berkurang. Sekarang, waduk irigasi itu tersisa 11 hektare. Hamparan air yang dahulu seluas 93 hektare telah menjadi padang ilalang.“Rumput-rumput itu tumbuh karena sungai sudah sangat dangkal. Sudah pasti terjadi sedimentasi,” jelas Eko Wahyudi dari manajemen konsultan proyek penanganan banjir Samarinda. Kasiyanto (57), mantan ketua RT 30, menjelaskan bahwa pada awalnya waduk dibuat untuk mengairi persawahan. Baru-baru ini saja, Waduk Benanga dianggap sebagai penahan banjir Samarinda.Ketika waduk itu jebol pada 1998, banjir hebat menerjang Samarinda. Melumpuhkan aktivitas ekonomi di banyak tempat. Bendungan lantas diperkuat hingga bentuknya seperti sekarang ini.Meski begitu, menurut Kasiyanto, banjir di Samarinda tidak berhubungan langsung dengan Benanga. Hal ini karena bendungan tersebut tidak mempunyai pintu air sehingga tidak bisa mengendalikan debit air yang keluar.“Hanya batas bendungan yang menjadi penghalang. Kalau melewati batas, airnya pasti keluar,” ucapnya.Kasiyanto sering geleng kepala jika mendengar warga menuding bahwa banjir di Samarinda akibat warga di sekitar bendungan membuka pintu air. “Apa yang dibuka? Pintu airnya memang tidak ada,” katanya, lalu melanjutkan, “Kalau jebol, ya, seperti 1998 itu.”Waduk di kampung transmigran itu kini menjadi bagian penting penanganan banjir di Samarinda. Eko Wahyudi mengatakan, dua per tiga air di Sungai Karang Mumus seharusnya tersimpan di Waduk Benanga. Posisi Benanga kian penting lantaran rawa Pampang di utara Benanga sudah tertutup sedimen.“Seingat saya, di rawa Pampang terdapat jembatan kayu. Terakhir kali saya ke sana, jembatan itu sudah tidak ada. Begitu pula rawa itu. Air pun langsung menuju Benanga,” tutur Eko. Dari komputer tablet, dia memperlihatkan video yang memuat kondisi Benanga. Perahu yang dia tumpangi untuk mengambil gambar, terperangkap rerumputan tinggi di Benanga.Kepala Bidang Sumber Daya Air, Dinas PU Kaltim, Rudy, sadar benar posisi penting Benanga. Ketidakmampuan bendungan menahan debit air saat hujan sudah jelas. Dia lantas berpikir upaya mengurangi beban di bendungan itu.Ide itu datang. Rudy berpikir bila selama ini Benanga hanya mengandalkan Karang Mumus untuk bertemu dengan Sungai Mahakam, mengapa tidak dibuat Karang Mumus yang baru? Sungai buatan itu akan mengarah ke laut yang berjarak sama jauhnya dengan Mahakam.Memintas kompas ke timur, jarak Benanga menuju pesisir di Muara Badak, Kutai Kartanegara, sejauh 15 kilometer. Sama dengan panjang Karang Mumus dari Benanga menuju muara. Dari data awal itu, ide membangun kanal yang menghubungkan waduk dengan laut pun mencuat. Lagipula, jalur menuju Muara Badak belum terlampau ramai permukiman.Andaikata kanal itu mampu mengurangi setengah saja volume air yang diterima Karang Mumus, sebagian besar masalah banjir di Samarinda dapat teratasi.“Kami sedang membuat perencanaannya,” tutur Rudy lagi. Jika disetujui, pada awalnya Dinas PU hanya membangun parit. Paling penting, kata dia, saluran itu ada dulu.“Jika saluran itu sudah ada dan dana sudah siap, barulah kanal yang besar dibangun. Selain mengatasi banjir, kanal dan kolam retensi di sekitar Benanga bisa menjadi sumber air bersih dan irigasi,” ucapnya. Dan, ketika kanal itu sudah dibangun, lanjut dia, sangat layak bila dijuluki Kanal Karang Mumus II. (bersambung/che/k1) </p> <p dir=ltr>Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android</p> </td></tr></table>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1988304929433631914.post-38309498305830441072013-05-24T16:39:00.001+07:002013-05-24T16:39:43.745+07:00Karang Mumus Lenyap Seabad Lagi - Kaltim Post Online<div><div class="txt-title-detail" style="margin: 0px; padding: 0px; font-weight: bold; "><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Karang Mumus Lenyap Seabad Lagi</span></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; height: 5px; border-bottom-width: 1px; border-bottom-style: dotted; border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); "><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"> </span></div><table cellpadding="0" cellspacing="3" style="margin: 0px; padding: 0px; "><tbody style="margin: 0px; padding: 0px; "><tr style="margin: 0px; padding: 0px; "><td class="txt-title-attribut-left" style="margin: 0px; padding: 0px 5px 0px 0px; "><div class="txt-date" style="margin: 0px; padding: 0px; "><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Kamis, 23 Mei 2013 - 08:42:13</span></div></td><td style="margin: 0px; padding: 0px; "><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">|</span></td><td class="txt-title-attribut" style="margin: 0px; padding: 0px 5px; "><div class="txt-date" style="margin: 0px; padding: 0px; "><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Utama</span></div></td><td style="margin: 0px; padding: 0px; "><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">|</span></td><td class="txt-title-attribut" style="margin: 0px; padding: 0px 5px; "><div class="txt-date" style="margin: 0px; padding: 0px; "><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Dibaca : 578 Kali</span></div></td></tr></tbody></table><div class="content-artikel" style="margin: 5px 0px 0px; padding: 5px; width: 640px; border-top-left-radius: 5px; border-top-right-radius: 5px; border-bottom-right-radius: 5px; border-bottom-left-radius: 5px; "><div style="margin: 0px; padding: 0px; width: 645px; position: relative; "><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><img src="http://www.kaltimpost.co.id//file/berita/2013/05/23/karang-mumus-lenyap-seabad-lagi.jpg" class="img650" style="margin: 0px; padding: 2px; width: 640px; border: 1px solid rgb(0, 0, 0); "></span><div class="img-caption" style="margin: 0px; padding: 0px; position: absolute; bottom: 0px; left: 0px; width: 645px; opacity: 0.6; "><div class="img-caption-text" style="text-align: -webkit-auto;margin: 0px; padding: 10px; "><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">PENGENDARA motor berjuang saat melintas di Jalan Lambung Mangkurat.(dok/kp)</span></div></div></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; height: 10px; "><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"> </span></div><div class="txt-detail" style="margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; width: 640px; "><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto; "><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><strong style="margin: 0px; padding: 0px; ">TUDINGAN</strong> langsung mengarah kepada aktivitas yang disebut-sebut mengupas lahan begitu hebat di Samarinda. Kegiatan yang membuat limpasan masuk ke Sungai Karang Mumus tanpa hambatan dan membawa sedimen. Sungai yang sudah dangkal pun tak mampu menampung. Air meluber-luber, menebar teror kepada seluruh warga kota.</span></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Dua aktivitas itu adalah pertambangan batu bara dan pembangunan perumahan. Kegiatan tersebut dianggap memakai fungsi DAS Karang Mumus terutama di bagian hulu di Samarinda Utara. Diperparah pula permukiman di sepanjang sisi sungai. Limbah dari dua pasar turut menyengsarakan dasar kali.</span></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Pembukaan lahan tetap dianggap sebagai penyebab utama. "Ketika tanah tak mampu menjadi penahan air, barang tentu ada lahan yang terbuka. Saya tak ingin menuduh aktivitas apa penyebabnya. Tetapi luas pengupasan lahan (di Samarinda) sudah begitu besar," ucap Kepala Bidang Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum Kaltim, Rudy.</span></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Pemerintah bukannya diam. Rencana besar penanganan banjir Samarinda telah selesai disusun sebelas tahun lalu. Dalam <em style="margin: 0px; padding: 0px; ">master plan</em>penanganan banjir, diperlukan Rp 3,4 triliun untuk memperbaiki beberapa anak Sungai Mahakam yang mengalir di Samarinda. Anak sungai itu terbagi dalam empat subsistem yakni Karang Mumus, Karang Asam Besar, Karang Asam Kecil, dan Samarinda Seberang. Adapun subsistem Karang Mumus menjadi yang paling besar karena mencakup hampir setengah luas Samarinda.</span></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Ongkos yang melewati angka setahun APBD Samarinda itu dipakai untuk tiga kegiatan utama. Di daratan, drainase yang membuang air ke sungai ditingkatkan kapasitasnya. Supaya "serangan" air tak terlampau besar, dibangun pula bendali dan kolam retensi. Di perairan, anak Sungai Mahakam pun dinormalkan termasuk memasang pintu air.</span></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Pada 2010, Pemprov bersama DPRD Kaltim menyepakati program penanganan banjir Samarinda. Disediakan Rp 602 miliar yang meluncur di atas kontrak tahun jamak. Duit itu terbagi atas sistem Karang Mumus Rp 322 miliar, sistem Karang Asam Besar dan Loa Bakung Rp 44 miliar, sistem Karang Asam Kecil Rp 55 miliar, dan sistem Loa Janan dan Rapak Dalam (Seberang) Rp 181 miliar.</span></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Namun demikian, menurut pandangan Profesor Sigit Hardwinarto, proyek seperti pembangunan drainase, kolam retensi, dan normalisasi sungai yang hanya di beberapa titik, hanya bersifat "cuci piring." Bukan pemungkas masalah.</span></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Ketika kolam dan drainase dibangun, lalu sungai dikeruk, sedimentasi tetap datang. Endapan tanah lumpur lahir dari lahan yang terkelupas di penjuru DAS Karang Mumus.</span></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Rudy, kepala Bidang SDA, Dinas PU Kaltim, mencatat 2.500 meter kubik material mengendap di dasar Karang Mumus setiap tahun. Dengan besar sedimentasi segitu, hanya perlu 90 tahun untuk menimbun setengah dari panjang Karang Mumus yang 15 kilometer.</span></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Hal itu diakui Eko Wahyudi dari manajemen konsultan penanganan banjir Samarinda. Banjir datang dari aktivitas yang tak sesuai prosedur. Ketika pengupasan lahan, penambang maupun pengembang seharusnya menyiapkan kolam penampungan sementara. Ketika hujan, air sementara masuk ke kolam. Setelah drainase di dalam kota normal, baru air tadi dilepas menuju kota untuk dikirim ke Karang Mumus.</span></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">"Bila pengupasan lahan yang tak terkendali berlangsung terus, kita tidak akan tahu apakah penanganan banjir yang sekarang akan tetap berfungsi lima atau sepuluh tahun lagi," tuturnya, diamini oleh Rudy.</span></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><em style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto; -webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><em style="margin: 0px; padding: 0px; ">Kaltim Post</em> menelisik, pembukaan lahan begitu hebat berlangsung di Kecamatan Samarinda Utara dan Sungai Pinang. Secara umum, DAS Karang Mumus dibagi menjadi tiga bagian yang memiliki karakteristik berbeda. Di hulu yakni Kecamatan Samarinda Utara dan Sungai Pinang, pengupasan lahan mengiringi mulai kampus Universitas Mulawarman di Gunung Kelua hingga Waduk Benanga. Kuat dugaan, tanah dibiarkan terbuka untuk keperluan perumahan dan pertambangan.</div></em></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Data Badan Perizinan Terpadu Satu Pintu Samarinda menyebutkan, saat ini 29 izin perumahan baru yang diterbitkan sejak 2012 hingga April 2013.</span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Sementara Dinas Pertambangan melansir, terdapat 76 izin usaha pertambangan dengan luas konsesi 70 persen luas kota. Samarinda Utara di mana Karang Mumus berhulu, menjadi penumpu dua kegiatan tersebut.</span></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Sayangnya, Pemkot tak memiliki data luas dan di mana saja bukaan lahan akibat kedua aktivitas tadi. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Samarinda mengaku tak mencatatnya.</span></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">"Kami tidak punya," kata Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Konservasi SDA, BLH Samarinda, Tumar Effendy, ketika ditemui <em style="margin: 0px; padding: 0px; ">Kaltim Post.</em></span></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Namun demikian, pengupasan lahan telah lama mengganggu pikiran Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail. Baru-baru ini, dia melontarkan pernyataan pelarangan pembangunan perumahan baru di Jalan Pangeran Suryanata dan Samarinda Utara. Pembangunan perumahan diarahkan ke kawasan Samarinda Seberang dan Palaran.</span></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Bahkan Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang menegaskan hal tersebut. "Selama ini kita tidak terpikir. Orang selalu bilang tambang, tambang. Tapi kalau tidak salah, ada 80 lokasi pengembang di Samarinda. Ada yang 20 hektare, ada yang 100 hektare," ucapnya kepada sejumlah media lokal.</span></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Pemangku kekuasaan patut gelisah. Kawasan hijau yang minim memperparah sedimentasi di Karang Mumus. Luas ruang terbuka hijau Samarinda hanya 9 persen dari luas kota. Padahal dalam Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Lahan Terbuka Hijau, RTH minimal 30 persen.</span></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);">Profesor Sigit bahkan mengatakan, daerah resapan air Karang Mumus kurang dari satu persen. "Hanya di Kebun Raya Unmul yang 300 hektare itu," ucapnya.</span></div></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; "><div style="text-align: -webkit-auto; "><span style="-webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><br></span></div><font><div style="text-align: -webkit-auto; -webkit-text-size-adjust: auto; background-color: rgba(255, 255, 255, 0);"><font>Sigit memberi kesimpulan, bila saja Pemkot tegas memperhatikan penerbitan izin, sistem drainase diperbaiki, Karang Mumus dinormalisasi, dan masyarakat peduli kebersihan, banjir bisa teratasi. Perlu semangat dan gerakan besar. Dari situ Sigit meyakini, banjir bukan sebuah takdir. </font><strong style="margin: 0px; padding: 0px; ">(tim kp/che/k1)</strong></div></font></div></div></div><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><a href="http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/20860/karang-mumus-lenyap-seabad-lagi.html">http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/20860/karang-mumus-lenyap-seabad-lagi.html</a></span></div><div style="-webkit-text-size-adjust: auto; "><br><br>Sent from my iPhone</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07801473155252844279noreply@blogger.com0